English French German Spain Italian Dutch Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Friday, January 24, 2014

SOS: Selamatkan Jiwa/Spirit Kekristenan…! (4)


(Surat Kepada Sahabat-Sahabat GMIT-ku)

Siap Menghadapi Resistensi

            Sahabat-sahabat GMIT-ku! Sebagaimana yang telah saya utarakan pada tulisan sebelumnya, sekali lagi, mari kita sama-sama mulai mereformasi cara/praktek puji-pujian kita dari tempat di mana kita berada! Memang tidak mudah untuk melakukan suatu pembaharuan/perubahan secara drastis, yang mana kita harus merubah sebuah ‘tradisi’ yang telah ‘mendarah daging’ di setiap generasi dari masa ke masa.

Tidak bisa dipungkiri bahwa kita pasti akan berhadapan dengan warga jemaat/gereja dan bahkan pemimpin umat kita yang menunjukkan sikap resistensi/penolakan terhadap pembaharuan yang kita buat.

Namun kita tidak boleh menyerah demi sebuah perbaikan yang lebih baik ke depan. Kita harus memulainya dari sekarang secara berangsur-angsur dan/atau bertahap. Apalagi, aksi pembaharuan ini adalah sebuah aksi yang mulia demi menyelamatkan ‘jiwa/spirit kekristenan’ kita di masa-masa yang akan datang.

            Sahabat-sahabat GMIT-ku! Ada sebuah kisah yang saya ingin ceritakan tentang upaya pembaharuan terhadap cara/praktek menyanyikan puji-pujian liturgi dan puji-pujian jemaat yang tengah diperjuangkan.  

Dimulai dari sebuah Pos Pelayanan (Pospel) yang baru, kami (saya dan beberapa anggota Majelis Jemaat setempat) sepakat dan bertekad untuk mengupayakan sebuah pembaharuan dalam cara/praktek bernyanyi yang baik dan benar sesuai dengan tuntutan dari sebuah lagu. Melalui sebuah pengamatan dan latihan yang cukup lama bersama beberapa warga jemaat/gereja setempat yang memiliki kerinduan memimpin/memandu puji-pujian liturgi/jemaat, akhirnya saya memilih sekelompok anak PAR yang terdiri dari 4 (empat) orang untuk menjadi Pemimpin atau Pemandu Pujian.

Penetapan keempat anak PAR menjadi Pemandu Pujian mendapat tanggapan beragam. Ada tanggapan positif yang patut diapresiasi, dan ada tanggapan negatif yang cenderung memojokkan dan menganggap remeh kemampuan kelompok anak PAR tersebut. Ada begitu banyak saran dan kritik yang tidak membangun yang ditujukan kepada anak-anak ini yang justru adalah ‘tunas-tunas’ gereja yang pasti akan bertumbuh menjadi ‘tulang punggung’ gereja pada suatu kelak nanti.

Sebenarnya kritik, saran, dan bahkan protes tersebut intinya adalah menolak perubahan yang kami coba rintis. Biar pun demikian, kami tetap pada tekad untuk memperjuangkan suatu perubahan yang lebih baik, walaupun sikap resistensi yang ditunjukkan oleh berbagai kalangan tetap ada.

Sahabat-sahabat GMIT-ku! Sikap resistensi/penolakan yang kami terima/rasakan bukan hanya dari kalangan warga jemaat/gereja, melainkan juga dari sebagian anggota majelis jemaat dan bahkan dari beberapa pendeta sendiri. (Bersambung)

0 comments:

Post a Comment