Surat Cinta Untuk Sahabat-Sahabat GMIT-ku

SOS: 'Selamatkan Jiwa dan Spirit Kekristenan' kita melalui puji-pujian (Label: Surat Cinta).

Memainkan Lagu-Lagu dalam Edisi Akord

Pemain musik gereja dituntut untuk terus berlatih dan berlatih (Label: Panduan Musik).

Kumpulan Arransemen Lagu untuk Koor Musik

Kumpulan Arransemen Lagu untuk Koor Musik oleh Pietro T. M. Netti.

Praktek Puji-Pujian Jemaat: Antara Adat dan Tradisi

Praktek Puji-Pujian Jemaat: Antara Adat dan Tradisi (Label: Pujian Jemaat).

Spirit Musik Pengiring dan Puji-Pujian Jemaat

Spirit Musik Pengiring dan Puji-Pujian Jemaat (Label: Musik Pengiring).

English French German Spain Italian Dutch Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Thursday, July 31, 2014

GEREJA MENJEMPUT BOLA (4)


GEREJA DAN PEMAIN MUSIK GEREJA

Oleh: Pietro T. M. Netti
(Pelaku Musik Gerejawi-
Warga Jemaat Gunung Sinai Naikolan)

Di samping itu, ada pula kecenderungan lain yang sepatutnya tidak dilakukan oleh gereja yakni hanya menunggu dan mengharapkan uluran tangan warga/anggota jemaatnya yang memiliki talenta musik dan mau dengan rela mengabdi atas nama pelayanan. Memang setiap warga gereja/jemaat yang dikaruniai bakat dan talenta bermusik oleh TUHAN sepatutnya memiliki kesadaran untuk turut melayani dan mengabdi di dalam tugas pelayanan gereja.

Namun itu bukan berarti bahwa gereja hanya berharap dan menunggu. Gereja harus bisa menjemput bola dengan melakukan penjaringan dan peng-kader-an secara professional, sehingga bisa mengeliminir kecenderungan Ha-Ge: Harap Gampang, Te-Je: Terima Jadi dan Te-Be: Terima Beres, dan apalagi dengan dalih pelayanan, sengaja memanfaatkan kelebihan/talenta yang dimiliki oleh warga gereja/jemaatnya.

Kecenderungan-kecenderungan ini menyebabkan gereja mau tidak mau hanya bisa menerima apa adanya yang disodorkan oleh pemain musik sesuai dengan pengetahuan dan kompetensi bermusiknya. Konsekuensi yang bakal diterima gereja bisa berdampak positif dan sekaligus negatif pada tugas pelayanan gereja.

Dampak positifnya adalah jika sang pemain musik memiliki dasar pengetahuan dan kompetensi bermusik yang baik, maka dengan sendirinya akan sangat mendukung fungsi dan peran musik pengiring yang seharusnya dalam sebuah peribadatan.

Sedangkan dampak negatifnya adalah jika sang pemain musik tidak memiliki dasar pengetahuan dan kompetensi yang baik, maka sangat berpeluang menjadi faktor pengacau/pengganggu dalam setiap proses peribadatan.

Untuk mengeliminir dampak negatif yang cenderung merusak tersebut, gereja disarankan mencontohi dan mengadopsi cara-cara dan/atau sistem professional dalam melakukan proses seleksi dan/atau perekrutan, dan pelatihan dan/atau pembinaan pemain musik gerejanya sebagaimana yang sudah dilakukan/diterapkan oleh beberapa gereja dari denominasi lain.

Bersambung ke: SELEKSI DAN PEREKRUTAN
Tulisan sebelumnya: SARANA MUSIK ATAU PELAKU MUSIK?

Tuesday, July 29, 2014

SARANA MUSIK ATAU PELAKU MUSIK? (3)


GEREJA DAN PEMAIN MUSIK GEREJA

Oleh: Pietro T. M. Netti
(Pelaku Musik Gerejawi-
Warga Jemaat Gunung Sinai Naikolan)

Sebenarnya, jika gereja sudah menganggap musik dan/atau musik pengiring memiliki fungsi/peran yang besar dalam peribadatan, maka sudah saatnya (wajib hukumnya) pula gereja harus peduli dan memberi perhatian yang seimbang kepada the man behind the gun-nya. Ya, sang pemain musik sebagai ujung tombak musik pengiring perlu mendapat sorotan dan perhatian gereja yang sungguh-sungguh.

Ada kecenderungan bahwa gereja tidak/belum mau berpikir untuk mempersiapkan dan menyediakan pemain musik gerejanya sendiri. Gereja kelihatannya masih menganggap pemain musik gereja sebagai sebuah faktor pelengkap atau mungkin lebih tepat disebut sebagai tempelan yang tidak begitu penting dibanding dengan faktor-faktor lainnya.

Ini adalah sebuah fenomena yang benar-benar aneh; benda mati seperti alat musik (electone keyboard/piano/organ) dan sarana penunjang lainnya dianggap penting, tetapi yang memainkan/memngoperasikan alat musik tersebut dianggap belum/tidak penting.

Dari kenyataan tersebut, terkesan:  
  1. Gereja lebih mementingkan hal-hal yang berhubungan dengan mengupayakan/mempertontonkan kekayaan materi dari pada melaksanakan hakekat pekerjaan pelayanan demi meningkatkan kekayaan rohani domba-domba gembalaannya (baca: warga gereja/jemaatnya);
  2. Gereja belum juga menunjukkan dasar pemahaman (teologis-alkitabiah) yang baik dan benar akan fungsi dan peran puji-pujian dan/atau musik yang mengiringi puji-pujian liturgi dalam sebuah kebaktian; dan
  3. Gereja masih belum memiliki pemahaman yang jelas akan hal musik/bermusik dan/atau standard dan kriteria bermusik yang baik dan benar, sehingga cenderung bersikap masa bodoh dan meremehkannya. Seolah-olah pekerjaan bermain musik mengiringi puji-pujian adalah hal mudah, sehingga untuk mendapatkan individu yang bisa memngoperasikan musik pengiring pun gampang-gampang saja (?).

Bersambung ke: GEREJA MENJEMPUT BOLA
Tulisan sebelumnya: PR (PEKERJAAN RUMAH) GEREJA

Monday, July 28, 2014

PR (PEKERJAAN RUMAH) GEREJA (2)


GEREJA DAN PEMAIN MUSIK GEREJA

Oleh: Pietro T. M. Netti
(Pelaku Musik Gerejawi-
Warga Jemaat Gunung Sinai Naikolan)

“Apa yang harus dipikirkan/dilakukan oleh gereja untuk bisa membenahi kondisi musik pengiring dan/atau aksi pemain musik gereja menjadi lebih baik?”

Sebuah pertanyaan yang harus dan segera menjadi perhatian gereja, dan sekaligus menjadi pekerjaan rumah yang harus dan segera diselesaikan dan/atau dijawab pula oleh gereja sebagai sebuah institusi.

Sebagai wahana pengiring puji-pujian, tidak bisa dipungkiri bahwa musik pengiring memiliki fungsi dan peran yang sangat besar dalam sebuah proses peribadatan. Percaya atau tidak, musik pengiring turut memberi andil yang sangat besar dalam hal:
  1. Menjaga dan memelihara kekhusukan, kekudusan dan/atau kehikmatan beribadat kepada ALLAH,
  2. Memotivasi kesungguhan dalam memuji dan memuliakan ALLAH,
  3. Membangkitkan semangat beribadat dan/atau ‘menyemarakkan’ suasana berbakti kepada ALLAH, dan
  4. Mendukung tanggapan/respon jemaat kepada ALLAH, di hadapan hadirat ALLAH, dan atas kehadiran ALLAH.
Gereja di dalam lingkup GMIT, sejauh mata memandang, sebenarnya telah menyadari dan memiliki kepedulian yang cukup tinggi akan perlunya sarana musik di dalam gereja untuk kepentingan pelayanan. Perhatian dan kepedulian gereja tersebut dapat dilihat dari upaya penyediaan dan pengadaan sejumlah perangkat musik dan sarana musik lainnya (sound system, dll) oleh gereja untuk menunjang tugas dan pelayanan gereja.

Bahkan gereja pun sudah betul-betul menyadari bahwa sarana musik merupakan bagian yang tak terpisahkan dari gereja (hal wajib). Sebuah kesadaran gereja secara turun-temurun yang patut diacungi jempol.

Namun kesadaran demikian barulah merupakan sebuah langkah/tahap/ide awal yang perlu ditindaklanjuti dengan langkah/tahapan pro aktif berikutnya. Langkah/tahapan berikut yang hampir tidak pernah dipikirkan oleh gereja adalah perhatian dan kepedulian yang seimbang kepada pemain musik gereja yang nota bene sebagai the man behind the gun-nya musik pengiring.

Tulisan sebelumnya: CATATAN AWAL

GEREJA DAN PEMAIN MUSIK GEREJA (1)


CATATAN AWAL

Oleh: Pietro T. M. Netti
(Pelaku Musik Gerejawi-
Warga Jemaat Gunung Sinai Naikolan)

Seri tulisan GEREJA DAN PEMAIN MUSIK GEREJA adalah kelanjutan dari seri tulisan: MUSIK DAN PEMAIN MUSIK GEREJA.

Tema MUSIK DAN PEMAIN MUSIK GEREJA adalah membahas tentang fungsi dan peran musik pengiring dan pemain musik gereja di dalam sebuah kebaktian. Pokok bahasannya lebih ditekankan pada bagaimana seharusnya pemain musik gereja dapat mengembangkan ketrampilan dan kompetensi bermusiknya untuk dapat menjaga dan melaksanakan fungsi dan perannya.

Sedangkan tema pembahasan GEREJA DAN PEMAIN MUSIK GEREJA lebih fokus kepada bagaimana gereja sebagai sebuah institusi dapat mempersiapkan calon pemain musik gereja yang trampil dan berkompeten untuk menunjang tugas dan pelayanan gereja yakni menjalankan fungsi dan peran-nya dalam bidang musik.

Seri tulisan GEREJA DAN PEMAIN MUSIK GEREJA berturut-turut sebagai berikut (di-posting secara bersambung):
  1. PR (PEKERJAAN RUMAH) GEREJA
  2. SARANA MUSIK ATAU PELAKU MUSIK?     
  3. GEREJA MENJEMPUT BOLA
  4. SELEKSI DAN PEREKRUTAN
  5. PELATIHAN DAN PEMBINAAN
  6. GEREJA MENELAN SIMALAKAMA
  7. CATATAN AKHIR
          Klik untuk membaca! PEKERJAAN RUMAH GEREJA 

Saturday, July 26, 2014

MUSIK DAN PEMAIN MUSIK GEREJA


CATATAN AKHIR (Bagian VII-Habis)

Oleh: Pietro T. M. Netti
(Pelaku Musik Gerejawi-
Warga Jemaat Gunung Sinai Naikolan)

Dari uraian-uraian di atas, menjadi seorang pemain musik khususnya pemain musik gereja tidaklah semudah yang dibayangkan. Ada banyak persyaratan yang patut menjadi fokus perhatian kita bersama baik dari gereja maupun pemain musik gereja itu sendiri. (Nantikan seri tulisan: GEREJA DAN PEMAIN MUSIK GEREJA!)

Semua ini dimaksudkan semata-mata untuk kepentingan tugas dan pelayanan yang berhubungan dengan fungsi dan peran musik pengiring di dalam sebuah proses kebaktian/peribadatan.

Gereja perlu memberi perhatian yang memadai dengan mempersiapkan, membekali dan memfasilitasi pemain musiknya dengan sejumlah pra syarat yang diperlukan untuk mendukung dan/atau menjadi bagian di dalam tugas dan pelayanan. Ada cara-cara professional yang bisa diadopsi dan diterapkan oleh gereja dalam hal merekrut dan membina pemain musik gereja, dan juga mengapresiasi fungsi dan perannya.

Khusus pemain musik gereja, sebagai ‘the man behind the gun’-nya musik pengiring, harus memiliki tanggung jawab moral yang sangat besar akan kondisi musik pengiring dan puji-pujian dalam sebuah kebaktian/peribadatan.

Seorang pemain musik gereja (plus prokantor/kantoria) memiliki peluang yang sama besarnya (fifty-fifty) dalam hal:

Menjaga dan memelihara kekhusukan beribadah, memotivasi peserta kebaktian untuk sungguh-sungguh memuji dan memuliakan ALLAH, menjadi penggerak/pembangkit semangat dan/atau penyemarak suasana kebaktian, mendukung respon/tanggapan jemaat kepada dan di hadapan hadirat ALLAH.

Dan/atau sebaliknya: menciptakan suasana gaduh/ricuh/kacau dalam sebuah kebaktian (tidak khusuk, tidak hikmat, dan seterusnya)  yang cenderung menggiring dan menjerumuskan peserta kebaktian ke dalam pencobaan dan dosa.

Pengembangan dan peningkatan pengetahuan dan kompetensi permainan musik sangat diharapkan dari seorang pemain musik gereja. Belajar dan berlatih, berlatih dan belajar adalah kunci sukses dari seorang pemain musik gereja (plus prokantor/kantoria), sehingga setiap permainan yang ditampilkan dalam setiap proses peribadatan dapat dipertanggungjawabkan baik secara etika, estetika, maupun teori, dan, lebih-lebih, pertanggungjawaban moral kepada ALLAH dan kepada gereja/jemaat ALLAH.

Semoga Tuhan menolong kita!

Kembali ke: CATATAN AWAL
Tulisan sebelumnya: LATIHAN DAN PERSIAPAN
Segera: GEREJA DAN PEMAIN MUSIK GEREJA

Friday, July 25, 2014

LATIHAN DAN PERSIAPAN


MUSIK DAN PEMAIN MUSIK GEREJA (Bagian VI)

Oleh: Pietro T. M. Netti
(Pelaku Musik Gerejawi-
Warga Jemaat Gunung Sinai Naikolan)

                Ada beberapa hal penting yang berhubungan dengan Latihan dan Persiapan yang patut diperhatikan oleh seorang Pemain Musik Gereja, antara lain:
  1. Latihan dan persiapan merupakan sebuah proses yang sangat penting yang harus dilalui oleh setiap pemain musik.
  2. Latihan dan persiapan adalah aktifitas wajib yang harus dilakoni sebagai ajang praktek dan uji coba, berlatih dan mempersiapkan diri untuk sebuah performance yang sesungguhnya.
  3. Latihan dan persiapan adalah sebagai sebuah aktifitas belajar untuk meningkatkan pengetahuan dan kompetensi bermusik, mengaplikasikan teori ke dalam praktek, serta mengasah ketrampilan dan keahlian bermusik.
  4. Dan, latihan dan persiapan juga adalah bentuk kerja nyata dari seorang pemain musik, atau dengan kata lain, pekerjaan seorang pemain musik adalah melakukan latihan dan persiapan.
Ada cerita menarik dari para pemain musik professional yang dapat ditiru oleh kita sebagai pemain musik gereja (pianis/organis). Latihan dan persiapan adalah aktifitas rutin dan wajib yang harus dilakukan sesuai dengan waktu dan/atau jadwal yang telah ditentukan, dan rata-rata waktu latihan/persiapan adalah 7-8 jam per hari (sebanding dengan rata-rata jam kerja yang berlaku di kantor-kantor atau perusahan-perusahan, dll).

Bagi pemain musik professional, latihan/persiapan adalah pekerjaan sesungguhnya yang harus dilakukan (tidak bisa tidak), oleh karena darinya pula akan sangat menentukan sukses tidaknya performance mereka. Bagi mereka, ‘apresiasi finansial/honor’ (yang biasanya sangat besar) yang diterima dari sebuah show adalah ‘bayaran’ untuk pekerjaan yakni latihan dan/atau persiapan mereka yang telah banyak mengorbankan waktu, tenaga, pikiran, perasaan, dan bahkan finansial mereka.

Sunday, July 20, 2014

PENGETAHUAN DAN KOMPETENSI BERMUSIK


MUSIK DAN PEMAIN MUSIK GEREJA (Bagian V)

Oleh: Pietro T. M. Netti
(Pelaku Musik Gerejawi-
Warga Jemaat Gunung Sinai Naikolan)

Seorang pemain musik tentunya harus memiliki kesadaran sendiri untuk terus belajar dan mengasah diri untuk meningkatkan pengetahuan dan kompetensi permainan musiknya. Pengetahuan dan kompetensi sangat membantu ‘memuluskan jalan’ bagi (baca: mempermudah) seorang pemain musik dalam penerapan pola dan/atau praktek permainan musik, serta penerapan improvisasi permainan musik yang baik dan bertanggung jawab.

Pengetahuan dan kompetensi yang dimaksud di sini adalah:

1) Penguasaan dasar-dasar teori seni musik dan bermusik;

Memahami dan menguasai simbol/petunjuk notasi dengan baik dan benar, sehingga seorang pemain musik dapat menerapkan permainan musik yang sesuai dengan tuntutan dari sebuah komposisi/lagu. Penguasaan terhadap notasi sangat berpengaruh pada penerapan tempo permainan, birama, dinamika, dan unsur-unsur lain yang menentukan ekspresi.

Tempo berhubungan dengan cepat-lambat, dan juga sekaligus bisa menjadi penentu irama dari sebuah musik/lagu.

Birama berhubungan dengan ketukan dan nilai atau harga dari sebuah not/nada, dan dapat juga dipakai sebagai acuan penentu tempo dan irama/rhitem.

Dinamika berhubungan dengan keras-lembut dan/atau permainan ekspresi terhadap notasi/nada yang dimainkan. Permainan dinamika sangat berperan dalam memberi ‘spirit/jiwa’ pada sebuah musik/lagu.

Demikian pula dengan penerapan unsur-unsur lain yang berhubungan dengan teknik permainan simbol/petunjuk notasi yang juga berhubungan dengan ekspresi, seperti bermain dengan nada bersambung, putus-putus dan seterusnya.

2) Penguasaan alat/instrumen musik;

Memiliki keahlian dan/atau kemampuan yang memadai dalam memainkan alat/instrumen musik yang dipakai. Seorang pemain musik perlu mempelajari dan menguasai ‘teknik-teknik dasar permainan’ sesuai dengan jenis alat musik yang dipakai, karena setiap jenis alat musik memiliki teknik dasar permainan yang berbeda-beda.

Alat musik PIANO, misalnya, memiliki teknik dasar permainan yang jauh berbeda dengan alat musik seperti GITAR, BIOLA, dan alat musik lainnya. Perbedaannya ada pada cara memainkan, menghasilkan bunyi, pola penjarian, dan masih banyak lagi teknik-teknik dasar permainan yang berbeda untuk setiap alat musik. Bahkan alat musik yang hampir sejenispun, seperti PIANO dan ORGEN (Orhel) memiliki teknik dasar permainan yang berbeda pula dalam menghasilkan bunyi.

3) Penguasaan teknik-teknik dasar permainan musik;

Memahami dan menguasai penerapan dan pengembangan permainan skala/tangga nada (scale), akord (chord) dan rhitem (rhythm) dengan baik.

Skala/tangga nada: susunan nada di dalam musik dengan jumlah, urutan, dan jarak yang pasti/jelas, terdiri dari: skala/tangga nada kromatis (tangga nada dengan jumlah 12 nada dengan jarak ½ nada/semitone: do-di-re-ri-mi-fa-fi-so-se-la-le-si-[do’]), skala/tangga nada diatonis (tangga nada dengan jumlah 7 nada dengan jarak yang sama dengan tangga nada natural: do-re-mi-fa-so-la-si-[do’]), dan skala/tangga nada non diatonis (tangga nada dengan jumlah nada kurang dari 7 nada dan jarak tertentu, biasanya terdiri dari 5 nada yang disebut tangga nada pentatonis: do-re-mi-so-la-[do’], dll).

Akord: paduan bunyi dari titi nada-titi nada yang berbeda, atau paduan nada yang harmonis, dan/atau paduan bunyi tiga nada (trinada) atau lebih yang dibunyikan secara serentak yang berfungsi sebagai pengiring dalam lagu maupun permainan musik (CM disebut C Mayor, Cm disebut C minor, dll).

Rhitem: bunyi yang menunjukkan panjang-pendeknya rangkaian nilai notasi dengan jarak yang beraturan yang biasa ditentukan dengan simbol/tanda birama tertentu (4/4, 3/3, 2/4, dll). Melakukan rhitem adalah memainkan akord secara teratur dengan pola irama tertentu sesuai dengan tanda birama yang ditentukan, dan berfungsi mengiringi melodi dan improvisasi. 

4) Penguasaan dasar-dasar improvisasi.

Improvisasi: memainkan rangkaian notasi yang tidak sama atau terikat dengan notasi lagu aslinya, tetapi masih tetap di dalam dan tidak keluar dari putaran akord lagu aslinya. Dasar-dasar improvisasi terdiri dari 3 unsur:   kompetensi, kapasitas dan harmony.

Kompetensi (Skill): kemampuan dalam hal teknik memainkan alat musik, aplikasi teori, dan penguasaan dasar-dasar improvisasi pada semua jenis musik dan karakter irama.

Kapasitas (Capacity): wawasan dan kemampuan menginterpretasikan serta mengimplementasikan materi atau bahan notasi untuk improvisasi.

Dan Harmoni (Harmony): sensibilitas yang baik dalam mengekspresikan, mencipta dan membentuk pola-pola/kalimat-kalimat improvisasi sehingga menghasilkan bunyi/melodi yang selaras, indah dan enak didengar.

Ketiga unsur tersebut adalah syarat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang pemain musik untuk melakukan permainan improvisasi.

Pengetahuan dan kompetensi di atas merupakan faktor yang sangat penting bagi setiap pemain musik gereja di dalam mengiringi lagu/puji-pujian liturgi. Pengetahuan dan kompetensi dimaksud akan sangat memberi pijakan yang kuat sebagai dasar bagi pemain musik gereja untuk bermain musik dengan tidak menyalahi prinsip dan aturan dasar bermusik, serta dapat mengoptimalkan potensi dan kemampuan bermusik secara baik dan bertanggung jawab tanpa mengabaikan unsur-unsur etika dan estetika bermusik.

Bersambung ke: LATIHAN DAN PERSIAPAN
Tulisan sebelumnya: MANFAAT TEORI SENI MUSIK

Friday, July 18, 2014

MANFAAT TEORI SENI MUSIK


MUSIK DAN PEMAIN MUSIK GEREJA (Bagian IV)

Oleh: Pietro T. M. Netti
(Pelaku Musik Gerejawi-
Warga Jemaat Gunung Sinai Naikolan)

Teori seni musik sebenarnya memberi manfaat yang sangat besar kepada pemain musik. Dengan mempelajari teori, seorang pemain musik dapat memperoleh bekal ilmu yang dapat menambah dan memperkaya wawasan, pengetahuan dan pemahaman tentang musik maupun bermusik.

Penguasaan teori bukan hanya sekedar mengetahui definisi-definisi dan/atau istilah-istilah tentang musik yang menurut sebagian kalangan sebagai hal-hal yang membosankan, tapi lebih dari itu, dapat membantu pemahaman dan penguasaan yang lebih baik terhadap dasar-dasar, aturan-aturan dan/atau teknik-teknik dasar tentang musik dan bermusik, dan sekaligus dapat mengoptimalkan pengembangan kompetensi (skill) bermusik secara baik dan bertanggung jawab.  

Lebih jauh, teori seni musik memberi pemahaman dan pengertian tentang:
  1. Karakter, jenis dan/atau aliran musik; setiap jenis/aliran musik memiliki aturan dan ciri khas permainan yang berbeda satu dengan lainnya. Aturan dan ciri khasnnya dapat dilihat dari pola permainan tempo, irama, harmoni akord/nada, kadens/nada dalam irama dan skala/tangga nada yang berbeda.
  2. Notasi; menerapkan permainan musik dan/atau lagu sesuai dengan simbol/petunjuk notasi yang baik dan benar. Penguasaan simbol/petunjuk notasi sangat membantu dalam hal penerapan permainan tempo, irama, harmoni akord dan skala yang baik dan benar.
  3. Improvisasi; melakukan teknik-teknik dasar improvisasi permainan musik yang baik dan bertanggung jawab. Penguasaan teknik dasar improvisasi sangat membantu kreasi dan ekspresi yang bebas dan mandiri dalam sebuah permainan musik dengan tetap mempertimbangkan etika dan estetika bermusik. Singkatnya, teori seni musik sangat membantu pemahaman dan penerapan permainan musik yang baik dan bertanggung jawab dari seorang pemain musik. 
Pada umumnya, teori seni musik diabaikan dan/atau tidak disentuh sama sekali oleh pemain musik yang berlatar belakang otodidak. Teori musik, selain membosankan, juga dianggap sebagai hal yang melelahkan dan tidak berguna.

Pemain musik otodidak cenderung memakai cara/metode learning by seeing and/or listening (belajar dengan cara melihat dan/atau mendengar). Sebuah cara/metode yang dianggap sebagai satu-satunya cara/metode termudah dan terbaik. Cara/metode ini dirasa cukup efektif untuk menguasai teknik dan/atau pola permainan musik secara cepat/instan tanpa harus memahami dan mengetahui lebih jauh apa makna dan/atau alasan teoritisnya.

Cara/metode belajar seperti ini biasanya dilakukan dengan melihat contoh permainan yang dilakukan/ditunjukkan oleh orang lain, dan/atau melihat/mendengar dari rekaman-rekaman audio/audio visual, dan kemudian menirunya. Menghasilkan ‘bunyi’ dan melakukan pola permainan yang sama dengan apa yang dilihat/didengar dari contoh adalah tujuan akhir dari seorang pemusik yang menggunakan cara/metode ini.

Cara/metode ini memiliki kelebihan dan juga kekurangan sebagai berikut:

Kelebihannya, seorang pemain musik bisa menguasai/memainkan teknik/pola permainan yang dilihat/didengarnya dengan cepat, dan bisa melakukan hal yang sama secara detail sesuai dengan contoh;

Namun kekurangannya, seorang pemain musik hanya akan mampu ‘berbicara’ kalau ada contoh tanpa pemahaman lebih jauh tentang alasan, maksud dan tujuan permainan musik itu sendiri. Dalam berimprovisasi pun, misalnya, seorang pemusik otodidak cenderung hanya bisa ‘membeo’ (baca: meniru) dari apa yang dilihat dan/atau didengarnya (sesuai ‘teks’, pen), tanpa berani melakukan improvisasi di luar ‘teks’ secara baik dan bertanggung jawab atau melakukan kreasi dan ekspresi secara bebas dan mandiri.

Thursday, July 17, 2014

MENGEMBALIKAN FUNGSI & PERAN MUSIK PENGIRING


MUSIK DAN PEMAIN MUSIK GEREJA (Bagian III)

Oleh: Pietro T. M. Netti
(Pelaku Musik Gerejawi-
Warga Jemaat Gunung Sinai Naikolan)

Melihat fungsi dan peran musik pengiring yang begitu penting, maka sudah saatnya GMIT khususnya komisi/unit pelayanan yang berhubungan dengan musik gerejawi melalui gereja-gereja yang berada di bawah naungannya perlu melakukan pembenahan secara serius dan sistematis dimulai dengan memberi perhatian dan pengawasan khusus kepada pemain musik gereja yang nota bene sebagai the man behind the gun-nya.

Ya, pemain musik gereja sebagai pelaku yang memngoperasikan/memainkan instrumen musik (piano/orgen) perlu menjadi fokus perhatian. Gereja perlu (baca: disarankan untuk):
  1. mempersiapkan pemain musiknya dengan sebaik-baiknya sebelum melakukan fungsi, peran dan tugas pelayanan yang sesungguhnya;
  2. membekali pemain musiknya dengan pengetahuan dan kompetensi (skill) musik yang memadai; dan
  3. merekrut individu-individu yang berkompeten dalam bidang musik dan seni musik untuk menjadi pemain musik gereja yang andal.
Jika ketiga saran di atas tidak diperhatikan, maka ‘pemandangan’ yang bertolak belakang dengan fungsi dan peran dari musik pengiring dimaksud akan menjadi sebuah ‘hiasan’ gereja yang sungguh mengganggu konsentrasi dan kesungguhan beribadat kepada ALLAH. 

Kesemrawutan musik pengiring dalam mengiringi puji-pujian liturgi/puji-pujian jemaat hampir dipastikan terjadi karena:
  1. minimnya penguasaan teori seni musik di kalangan pemain musik gereja;
  2. keterbatasan pengetahuan dan kompetensi (skill) pemain musik gereja dalam bermusik; dan
  3. kurangnya masa latihan dan/atau persiapan yang dilakukan oleh pemain musik gereja (bersama-sama dengan pemimpin pujian) yang berimbas pada penerapan permainan yang tidak kompak, tidak bertanggung jawab dan asal-asalan.
Ketiga faktor di atas memiliki keterkaitan/hubungan sebab-akibat satu dengan yang lainnya yang akhirnya sangat berpengaruh pada penerapan permainan musik yang baik dan bertanggung jawab.

Bersambung ke: MANFAAT TEORI SENI MUSIK
Tulisan sebelumnya: MUSIK PENGIRING GEREJAWI

Wednesday, July 16, 2014

MUSIK PENGIRING GEREJAWI


MUSIK DAN PEMAIN MUSIK GEREJA (Bagian II)
Oleh: Pietro T. M. Netti
(Pelaku Musik Gerejawi-
Warga Jemaat Gunung Sinai Naikolan)

Musik sebagai wahana pengiring puji-pujian liturgi/puji-pujian jemaat adalah salah satu aspek yang memiliki peran penting di dalam sebuah proses peribadatan. Sebuah aspek yang cenderung dipandang sebelah mata oleh gereja dan/atau sebagian kalangan baik dari kalangan pemimpin umat maupun warga gereja/jemaat itu sendiri.

Demikian pula dengan sosok pemain musik gereja (pianis/organis) yang cenderung dianggap sebagai ‘obyek tempelan‘ yang tidak perlu mendapat perhatian yang memadai di dalam menjalankan fungsi/peran dan tugasnya di dalam rumah ALLAH.

Wujud ‘acuh tak acuh’ gereja tersebut dapat dilihat dari kenyataan akan ‘kesemrawutan’ musik pengiring dalam mengiringi puji-pujian liturgi/jemaat di hampir seluruh gereja yang bernaung di bawah GMIT.

Ada beberapa catatan penting yang berhubungan dengan musik dan pemain musik gereja. Catatan-catatan ini perlu mendapat perhatian dari semua kalangan dalam lingkup gereja/jemaat tanpa kecuali:

Seharusnya musik pengiring turut memberi andil besar dalam menjaga dan memelihara kekhusukan beribadat kepada ALLAH.
Seharusnya musik pengiring bisa memberi motivasi bagi semua orang yang terlibat dalam sebuah proses kebaktian untuk sungguh-sungguh memuji dan memuliakan ALLAH.
Seharusnya musik pengiring dapat berperan sebagai penggerak/pembangkit semangat dan ‘penyemarak’ suasana dalam sebuah kebaktian dalam arti dapat menggugah setiap warga jemaat untuk lebih khusuk dalam beribadah, dan mampu menghadirkan nuansa kudus, hikmat, sukacita dan damai sejahtera saat berbakti.
Seharusnya musik pengiring pun dapat menjadi sarana yang mendukung tanggapan/respon jemaat kepada ALLAH dan di hadapan hadirat ALLAH.

Demikianlah musik pengiring dengan fungsi dan perannya di dalam sebuah peribadatan/kebaktian yang sepatutnya menjadi perhatian kita bersama khususnya gereja.   

Tulisan sebelumnya: CATATAN AWAL

MUSIK DAN PEMAIN MUSIK GEREJA


CATATAN AWAL : (Bagian I)

Oleh: Pietro T. M. Netti
(Pelaku Musik Gerejawi-
Warga Jemaat Gunung Sinai Naikolan)

                Pada kesempatan yang baik ini, saya akan mem-posting seri tulisan dengan tema utama: MUSIK DAN PEMAIN MUSIK GEREJA. Secara khusus tulisan ini akan membahas tentang fungsi dan peran dari musik pengiring dan pemain musik gereja dalam kebaktian.

                Tulisan-tulisan ini akan dibagi ke dalam beberapa sub judul sebagai berikut:
  1. MUSIKPENGIRING GEREJAWI
  2. MENGEMBALIKANFUNGSI & PERAN MUSIK PENGIRING
  3. MANFAATTEORI SENI MUSIK
  4. PENGETAHUANDAN KOMPETENSI BERMUSIK
  5. LATIHANDAN PERSIAPAN
  6. CATATANAKHIR: MUSIK & PEMAIN MUSIK GEREJA

                Selamat membaca! (Klik Untuk Membaca!)