Oleh: Pietro T. M. Netti
Tuan Rumah RUMAH MUGER Kupang
Pengalaman beberapa tahun silam berhubungan dengan cara penulisan
notasi angka dalam birama 6/8 kembali terulang menjelang Perayaan Minggu Pra
Paskah VI baru lalu. Pengalaman inipun lagi-lagi sempat menjadi sebuah masalah
baru yang tentu pula mengharuskan saya melakukan upaya ekstra untuk mencari
solusi yang tepat. Masalah kali ini datang dari lagu yang terambil dari
himpunan nyanyian Nama Yesus Terus Bersuara (NYTB) 15 “KUS’RAHKAN HIDUPKU
dengan nada dasar C = do, dan birama 6/8:
Dalam lagu ini, sebagian penulisan simbol notasi sama dengan
cara penulisan yang terdapat pada lagu Dua Sahabat Lama (DSL) 108 “PERSEMBAHANDIRI” yang telah/pernah dibahas sebelumnya (Lihat: Mengenal Penulisan NotasiAngka Dalam Birama 6/8 [dengan Bendera pada Not Tunggal]). Penulisan simbol notasi yang dimaksud seperti yang
dibahas sebelumnya adalah penempatan bendera pada sebuah not tunggal yang sudah
didapatkan solusi bagaimana cara
membacanya.
Untuk kedua kalinya, birama 6/8 menjadi masalah. Masalah baru yang kini muncul dalam lagu NYTB 15 adalah
bagaimana membaca notasi dalam birama 6/8 yang mendapat simbol bendera yang menghubungkan:
1.
dua not,
dan
2.
tiga not.
Pada kesempatan ini, saya tidak akan berkeluh-kesah lagi (curhat) tentang bagaimana upaya saya (secara
mandiri) untuk menemukan cara membaca yang tepat/benar sebagaimana yang telah saya
lakukan pada lagu DSL sebelumnya. Sangat beruntung, apa yang telah saya
upayakan pada lagu DSL (DSL 108) tersebut telah menjadi panduan/acuan berharga
bagi saya untuk menelaah serta menemukan dengan sedikit lebih mudah solusi dan
jalan keluarnya. Untuk bisa membacanya, saya mengajak kita semua untuk kembali
ke irama Slow Rock 6/8 yang pernah
saya bahas sebelumnya.
Irama Slow Rock
adalah irama 4 ketukan dengan 6 Not
1/8 menjadi patokan tempo. 6 Not 1/8
tersebut juga dapat dikatakan mewakili 6 hitungan
dalam 2 ketukan. Ini juga berarti bahwa dalam 1 ketukan terdapat 3 Not 1/8 yang mewakili 3 hitungan. Karena terdapat 4 ketukan
dalam setiap biramanya maka 6 Not 1/8
tersebut dikali 2 lagi (6x2) sehingga menjadi 12 Not 1/8 yang mewakili 12 hitungan
dalam 4 ketukan di setiap birama.
Atau, dengan kata lain, bisa juga dikatakan bahwa dalam 4
ketukan, terdapat 3 Not 1/8 atau 3 hitungan di setiap ketukannya; 4 [ketuk]
dikali 3 [Not 1/8] sama dengan 12 [Not 1/8] (4x3=12). Dengan demikian,
penulisan birama pada lagu dapat ditulis sebagai berikut: 12 (6x2) ketuk atau 12 (4x3)
ketuk.
Khusus untuk lagu NYTB 15 (dan lagu DSL 108 yang telah dibahas
sebelumnya), bisa juga dibuat dalam birama 2 ketukan dengan 6 Not 1/8 yang ditulis dengan simbol
birama: 6 (2x3) ketuk.
Sebelum sampai pada bagaimana membaca notasi yang ada, perlu
diketahui bahwa setiap Not lagu yang
tertulis pada lagu di atas (baik Not yang
mendapat bendera maupun yang tidak mendapat bendera) adalah Not 1/8.
Jika ada yang bertanya: “Kok bisa?”
Saya menjawabnya: “Iya,bisa,
supaya genaplah apa yang tertulis yakni agar memenuhi unsur angka 8 yang tertulis
pada pecahan 6/8 yang merepresentasikan Not 1/8.”
“Jika seluruh Not yang
ada adalah Not 1/8, bagaimana membedakan cara membaca di antara Not yang tidak
mendapat bendera, Not tunggal yang mendapat bendera, dan dua dan/atau tiga Not
yang mendapat bendera?”
Pada pembahasan sebelumnya (lihat pembahasan tentang DSL 108),
cara membaca Not yang tidak mendapat
bendera dan Not tunggal yang mendapat
bendera sudah jelas. Not tanpa
bendera adalah Not 1/8 yang
dibunyikan bertepatan dengan hitungan
pertama di setiap ketukannya. Not tunggal
yang mendapat bendera adalah Not 1/8
yang dibunyikan pada hitungan ketiga
di setiap ketukannya (Lihat tulisan berwarna merah!):
Dalam lagu NYTB 15 ini, terdapat bendera di atas dua dan tiga Not
1/8. Karena biramanya 6/8, maka cara membacanya pun tidak sama seperti
membaca Not yang tertulis dalam lagu
berbirama 1 ketuk, 2 ketuk, 3 ketuk dan/atau
4 ketuk, dan bahkan 6 ketuk sekalipun, kecuali lagu-lagu yang
tertulis dengan birama 6 (2x3) ketuk,
dan/atau 9 (3x3) ketuk.
Cara membaca dua Not
1/8 yang dihubungkan oleh bendera adalah sebagai berikut: Not 1/8 yang pertama dibunyikan tepat
pada hitungan pertama di setiap
ketukannya, dan Not 1/8 yang kedua
dibunyikan tepat pada hitungan ketiga
masih dalam ketukan yang sama (Lihat tulisan berwarna merah!):
Sedangkan cara membaca tiga
Not 1/8 yang dihubungkan oleh bendera adalah sebagai berikut: Not 1/8 yang pertama dibunyikan tepat
pada hitungan pertama di setiap
ketukan, Not 1/8 yang kedua
dibunyikan pada hitungan ketiga masih
dalam ketukan yang sama, dan Not 1/8 yang
ketiga dibunyikan tepat pada hitungan
kedua di ketukan berikutnya (Lihat tulisan berwarna merah!):
Dalam notasi angka, dewasa ini, tidak lagi dicantumkan simbol
birama dengan angka pecahan seperti: 2/2, 3/4, 4/4, 6/8, dan sebagainya,
melainkan hanya mencantumkan simbol birama sebagai berikut: 1 ketuk, 2 ketuk, 3 ketuk, 4 ketuk, dan lain-lain
(Lihat: KJ, PKJ, NKB). Penulisan birama
dengan menggunakan angka pecahan
sebenarnya adalah cara penulisan yang diadopsi dari Notasi Balok, yang
sepengetahuan saya, tidak pernah menggunakan penulisan simbol seperti 1 ketuk, 2 ketuk, dan lain-lain untuk
penulisan simbol biramanya (perbedaan
penulisan simbol birama di dalam Notasi Angka dan Notasi Balok akan dibahas
secara khusus pada kesempatan lain).
Pada Notasi Balok, penulisan angka pecahan untuk
birama memiliki arti sebagai berikut: angka pembilang
menunjukkan jumlah ketukan di setiap birama, dan angka penyebut menunjukkan
penggunaan notasi sesuai dengan harga/nilai Not-nya. Birama 3/4, misalnya; angka pembilang 3 menunjukkan jumlah 3
ketukan di setiap ruas biramanya (atau sama dengan 3 ketuk), dan angka penyebut 4 menunjukkan penggunaan jenis Not 1/4 di tiap-tiap birama. Atau, 3/4
berarti terdapat 3 Not 1/4 yang menjadi
patokan tempo.
Sebenarnya penulisan simbol birama baik dalam angka pecahan (2/2, 3/4, 4/4, dll.)
maupun bukan angka pecahan (2 ketuk, 3 ketuk, 4 ketuk, dll.) dalam Notasi Angka bukanlah sesuatu hal yang
perlu dipermasalahkan. Tidak ada yang salah sehubungan dengan penggunaan
simbol-simbol tersebut. Bahkan dalam kasus-kasus tertentu seperti yang terjadi
pada lagu yang sudah dan yang sedang dibahas (DSL 108 & NYTB 15) ini menunjukkan
bahwa penggunaan birama dengan simbol
angka pecahan (6/8) memperlihatkan penulisan notasi yang lebih ringkas dan sederhana. Banding:
Demikian pembahasan tentang bagaimana cara membaca notasi
angka dalam birama 6/8. Cara membaca Notasi yang dimaksud adalah cara membaca Not yang tidak mendapat bendera, Not tunggal yang mendapat bendera, serta
dua dan/atau tiga Not yang
dihubungkan dengan bendera. Semoga pembahasan ini dapat bermanfaat dan menambah/melengkapi
wawasan kita dalam hal membaca (menyanyikan dan/atau memainkan) simbol Notasi Angka dalam birama 6/8.
0 comments:
Post a Comment