CATATAN AKHIR
(Bagian VII-Habis)
Oleh:
Pietro T. M. Netti
(Pelaku
Musik Gerejawi-
Warga
Jemaat Gunung Sinai Naikolan)
Dari
uraian-uraian di atas, menjadi seorang pemain musik khususnya pemain musik
gereja tidaklah semudah yang dibayangkan. Ada banyak persyaratan yang patut
menjadi fokus perhatian kita bersama baik dari gereja maupun pemain musik
gereja itu sendiri. (Nantikan seri tulisan: GEREJA DAN PEMAIN MUSIK GEREJA!)
Semua
ini dimaksudkan semata-mata untuk kepentingan tugas dan pelayanan yang
berhubungan dengan fungsi dan peran musik pengiring di dalam sebuah proses
kebaktian/peribadatan.
Gereja
perlu memberi perhatian yang memadai dengan mempersiapkan, membekali dan memfasilitasi
pemain musiknya dengan sejumlah pra syarat yang diperlukan untuk mendukung
dan/atau menjadi bagian di dalam tugas dan pelayanan. Ada cara-cara
professional yang bisa diadopsi dan diterapkan oleh gereja dalam hal merekrut
dan membina pemain musik gereja, dan juga mengapresiasi fungsi dan perannya.
Khusus
pemain musik gereja, sebagai ‘the man behind the gun’-nya musik pengiring, harus
memiliki
tanggung jawab moral yang sangat besar akan kondisi musik pengiring dan
puji-pujian dalam sebuah kebaktian/peribadatan.
Seorang
pemain musik gereja (plus prokantor/kantoria) memiliki peluang yang sama besarnya
(fifty-fifty) dalam hal:
“Menjaga
dan memelihara kekhusukan beribadah, memotivasi peserta kebaktian untuk
sungguh-sungguh memuji dan memuliakan ALLAH, menjadi penggerak/pembangkit
semangat dan/atau penyemarak suasana kebaktian, mendukung respon/tanggapan
jemaat kepada dan di hadapan hadirat ALLAH.”
Dan/atau
sebaliknya:
“menciptakan
suasana gaduh/ricuh/kacau dalam sebuah kebaktian (tidak khusuk, tidak hikmat,
dan seterusnya) yang cenderung
menggiring dan menjerumuskan peserta kebaktian ke dalam pencobaan dan dosa.”
Pengembangan
dan peningkatan pengetahuan dan kompetensi permainan musik sangat diharapkan
dari seorang pemain musik gereja. Belajar dan berlatih, berlatih dan belajar
adalah kunci sukses dari seorang pemain musik gereja (plus prokantor/kantoria),
sehingga setiap permainan yang ditampilkan dalam setiap proses peribadatan
dapat dipertanggungjawabkan baik secara etika, estetika, maupun teori, dan,
lebih-lebih, pertanggungjawaban moral kepada ALLAH dan kepada gereja/jemaat
ALLAH.
Semoga
Tuhan menolong kita!
Kembali ke: CATATAN AWAL
Tulisan sebelumnya: LATIHAN DAN PERSIAPAN
Segera: GEREJA DAN PEMAIN MUSIK GEREJA
0 comments:
Post a Comment