English French German Spain Italian Dutch Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Sunday, January 26, 2014

SOS: Selamatkan Jiwa/Spirit Kekristenan…! (6)


(Surat Kepada Sahabat-Sahabat GMIT-ku)

Catatan Akhir: Persiapan (Belajar & Latihan)

Sahabat-sahabat GMIT-ku! Demi memuluskan niat/jalan pembaharuan ini, ada proses penting yang perlu diperhatikan oleh kita semua sebagaimana yang saya terapkan yakni melakukan latihan dan/atau persiapan. Ya, melakukan latihan dan/atau persiapan bersama antara pemandu pujian dengan pemain musik gereja, dan antara pemandu pujian, pemain musik gereja dengan jemaat/peserta kebaktian.

Sahabat-sahabat GMIT-ku! Pertama: Latihan/persiapan secara teratur antara pemandu pujian dan pemain musik adalah ‘wajib’ hukumnya demi menemukan ‘titik temu’ bernyanyi (menyanyikan puji-pujian) dan bermain musik (mengiringi puji-pujian) guna dapat menciptakan kekompakan dan keharmonisan di antara keduanya.

Di samping itu, latihan/persiapan yang dilakukan oleh pemandu pujian (dan pemain musik) juga sebagai sebuah proses belajar dan belajar dalam hal membekali dan mempersiapkan diri dengan materi-materi lagu yang akan dinyanyikan (dan/atau dimainkan). Pemandu pujian sebagai ‘ujung tombak’ puji-pujian haruslah menyadari dan memahami fungsi dan perannya yang sangat besar; 1) menjadi pusat panduan: memimpin dan memegang kendali ‘lalu lintas’ puji-pujian liturgi/jemaat, serta 2) menjadi contoh pembelajaran puji-pujian liturgi/jemaat bagi peserta kebaktian.  

Kedua: Latihan/persiapan bersama antara pemandu pujian, pemain musik dengan jemaat/peserta kebaktian. Latihan/persiapan ini dilakukan sesaat sebelum kebaktian dimulai sebagai sebuah proses pembelajaran kepada jemaat/peserta kebaktian yang dalam realita belum menguasai puji-pujian liturgi/jemaat dengan baik dan benar. Latihan/persiapan bersama tersebut, bila perlu, disertai dengan penjelasan singkat yang berhubungan dengan lagu/puji-pujian yang akan dinyanyikan yang sekiranya memiliki ‘keunikan’ tertentu dalam hal tingkat kesulitan notasi, birama, ketukan, tempo, maupun simbol-simbol notasi lain yang cenderung disalahartikan.

Sahabat-sahabat GMIT-ku! Akhirnya, sekali lagi saya ingin mengajak kita semua agar mau meninggalkan ‘tradisi lama’ (cara bernyanyi yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya), dan mau merintis dan mengawal reformasi dalam hal melakukan puji-pujian dengan mulai melakukan cara/praktek bernyanyi yang baik, benar dan bertanggung jawab. Kita harus bangkit dan terus berjuang demi masa depan puji-pujian kita yang lebih baik, sekaligus menyelamatkan “jiwa/spirit kekristenan” kita. Semoga TUHAN menolong kita! SYALOM! (Habis)

0 comments:

Post a Comment