(Surat Kepada Sahabat-Sahabat GMIT-ku)
Sahabat-sahabat GMIT-ku! Demi memuluskan
niat/jalan pembaharuan ini, ada proses penting yang perlu diperhatikan oleh
kita semua sebagaimana yang saya terapkan yakni melakukan latihan dan/atau
persiapan. Ya, melakukan latihan dan/atau persiapan bersama antara pemandu
pujian dengan pemain musik gereja, dan antara pemandu pujian, pemain musik
gereja dengan jemaat/peserta kebaktian.
Sahabat-sahabat GMIT-ku! Pertama: Latihan/persiapan secara
teratur antara pemandu pujian dan pemain musik adalah ‘wajib’ hukumnya demi menemukan ‘titik
temu’ bernyanyi (menyanyikan
puji-pujian) dan bermain musik (mengiringi puji-pujian) guna dapat menciptakan
kekompakan dan keharmonisan di antara keduanya.
Di samping
itu, latihan/persiapan yang dilakukan oleh pemandu pujian (dan pemain musik)
juga sebagai sebuah proses belajar dan belajar dalam hal membekali dan mempersiapkan
diri dengan materi-materi lagu yang akan dinyanyikan (dan/atau dimainkan). Pemandu
pujian sebagai ‘ujung tombak’
puji-pujian haruslah menyadari dan memahami fungsi dan perannya yang sangat
besar; 1) menjadi pusat panduan: memimpin dan memegang kendali ‘lalu lintas’
puji-pujian liturgi/jemaat, serta 2) menjadi contoh pembelajaran puji-pujian
liturgi/jemaat bagi peserta kebaktian.
Kedua: Latihan/persiapan bersama antara pemandu
pujian, pemain musik dengan jemaat/peserta kebaktian. Latihan/persiapan ini
dilakukan sesaat sebelum kebaktian dimulai sebagai sebuah proses pembelajaran
kepada jemaat/peserta kebaktian yang dalam realita belum menguasai puji-pujian
liturgi/jemaat dengan baik dan benar. Latihan/persiapan bersama tersebut, bila
perlu, disertai dengan penjelasan singkat yang berhubungan dengan
lagu/puji-pujian yang akan dinyanyikan yang sekiranya memiliki ‘keunikan’ tertentu dalam hal tingkat
kesulitan notasi, birama, ketukan, tempo, maupun simbol-simbol notasi lain yang
cenderung disalahartikan.
Sahabat-sahabat GMIT-ku! Akhirnya,
sekali lagi saya ingin mengajak kita semua agar mau meninggalkan ‘tradisi lama’ (cara bernyanyi yang tidak
dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya), dan mau merintis dan mengawal
reformasi dalam hal melakukan puji-pujian dengan mulai melakukan cara/praktek
bernyanyi yang baik, benar dan bertanggung jawab. Kita harus bangkit dan terus
berjuang demi masa depan puji-pujian kita yang lebih baik, sekaligus
menyelamatkan “jiwa/spirit kekristenan”
kita. Semoga TUHAN menolong kita! SYALOM! (Habis)
0 comments:
Post a Comment