English French German Spain Italian Dutch Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Friday, January 17, 2014

Liturgi Model I & II Edisi 4 Suara


Gereja Masehi Injili di Timor-Jemaat Gunung Sinai Naikolan
LITURGI KEBAKTIAN UTAMA MINGGU MODEL I & II
Edisi 4 Suara
Edisi Khusus JGSN


Kata Pengantar

            Buku LITURGI KEBAKTIAN UTAMA MINGGU MODEL I & II EDISI 4 (empat) SUARA ini disusun dalam rangka membantu serta mempermudah Kantoria (Kelompok Penyanyi/Biduan) dan/atau Paduan Suara Gereja yang hendak melakukan fungsi sebagai pemandu lagu-lagu liturgi pada setiap Kebaktian Utama Minggu di gereja-gereja dalam lingkup Gereja-Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT).


Penyusunan Buku Liturgi Edisi 4 Suara ini terinspirasi dari buku himpunan lagu-lagu Kidung Jemaat dan himpunan lagu lainnya yang telah diarransemen ke dalam 4 suara.

Di samping itu, sebagai pemain musik gereja, saya juga ingin melakukan sebuah terobosan baru yang (mungkin saja) belum pernah dilakukan oleh gereja-geraja lain dalam lingkup pelayanan GMIT, dalam hal memandu lagu-lagu liturgi dalam Kebaktian Utama Minggu dalam formasi 4 suara. Karena lagu-lagunya telah diarransemen ke dalam 4 suara maka fungsi panduan ini akan dibawakan oleh sekelompok penyanyi yang disebut sebagai Kantoria yang menggantikan posisi Song Leader/Pemimpin Pujian (istilah yang sering dikenakan kepada seseorang atau lebih yang bertugas memimpin puji-pujian jemaat dalam sebuah kebaktian).

“KANTORIA berasal dari bahasa Latin CANTARE yang artinya menyanyi. Sedangkan orang yang menyanyi  dikenal dengan istilah CANTOR (Latin). Beberapa orang penyanyi yang bernyanyi bersama dalam satu kelompok dikenal dengan nama SCHOLA CANTORUM atau Kelompok Biduan.” (sumber: “Situs Komunitas Jemaat Gereja Kristen Indonesia” & “Blog Christina’s Place”: PROKANTOR dan KANTORIA).

“Schola Cantorum ini berfungsi dalam ibadah sejak masa Abad Pertengahan. Sebetulnya sejak masa Perjanjian Lama, di masa Raja Daud telah dikenal kelompok biduan yang bertugas di dalam ibadah orang Yahudi. Kira-kira di akhir tahun 80-an, H.A. Pandopo mulai mempopulerkan penggunaan istilah Schola Cantorum, antara lain melalui bukunya, Menggubah Nyanyian Jemaat. Di akhir tahun 90-an, istilah ini makin berkembang dan dibuat terjemahan dalam bahasa Indonesia yaitu Kantoria dan Prokantor, yang kadang-kadang disebut juga sebagai Dirigen Umat.” (sumber: “Situs Komunitas Jemaat Gereja Kristen Indonesia” & “Blog Christina’s Place”: PROKANTOR dan KANTORIA).

“Kelompok Biduan ini dipimpin oleh procantor. Procantor adalah pemimpin biduan yang berdiri di depan para biduan (Pro = di depan, Cantor = penyanyi). Jumlah ideal Kantoria adalah 10% dari jumlah jemaat, namun bisa saja paduan suara yang bertugas, berfungsi sebagai Kantoria.” (sumber: “Situs Komunitas Jemaat Gereja Kristen Indonesia” & “Blog Christina’s Place”: PROKANTOR dan KANTORIA).

Dalam menjalankan fungsi, Kantoria bukan sebagai kelompok penyanyi yang memimpin puji-pujian jemaat, tapi kelompok penyanyi yang BERNYANYI BERSAMA atau BERNYANYI SELARAS dengan jemaat. Dengan demikian, Kantoria diharapkan tidak (sekali lagi tidak) “mendominasi” dalam menyanyikan setiap Puji-pujian/Nyanyian Jemaat sebagai satu-satunya kelompok yang bernyanyi, tetapi menuntun dan/atau memandu Puji-pujian/Nyanyian Jemaat dalam sebuah kebaktian. Sebaiknya dihindari penggunaan microphone yang yang sangat keras. Penggunaan microphone diatur sedemikian rupa agar suara Kantoria tidak mendominasi tetapi selaras dengan suara Jemaat.

            Sebagaimana pemahaman saya, Puji-pujian/Nyanyian Jemaat di dalam sebuah kebaktian adalah puji-pujian/nyanyian yang harus dinyanyikan oleh Jemaat sendiri, bukan hanya oleh Kantoria atau Pendeta dan/atau Majelis. Jemaat wajib dan harus bisa menyanyikan Puji-pujian/Nyanyian Jemaat yang dipakai di dalam setiap kebaktian.

Fungsi panduan memang tetap berada pada Kantoria, karena sebagai kelompok yang ditugaskan secara khusus untuk menyanyikan puji-pujian tentu harus dan/atau telah melalui proses pembelajaran dan pelatihan yang memadai agar dapat menyanyikan puji-pujian tersebut secara baik dan benar sesuai petunjuk notasi dari tiap-tiap lagu yang ada. Dengan demikian jemaat/peserta kebaktian dapat belajar dan meneladani cara bernyanyi yang baik dan benar pula dari kelompok yang disebut sebagai Kantoria tersebut, dan dapat bernyanyi bersama-sama dalam memuji dan memuliakan TUHAN dalam sebuah kebaktian.

“Berikut ini adalah tugas seorang Prokantor dan Tim-nya (Kantoria):
  • Memperkenalkan dan mengajarkan lagu baru kepada jemaat;
  • Menyanyikan lagu bersama jemaat dengan cara yang benar dan tepat;
  • Memperbaiki cara menyanyikan lagu yang salah, secara langsung atau tidak langsung (jika ternyata lagu tersebut selama ini sudah salah dinyanyikan oleh jemaat);
  • Secara bergantian dapat menyanyikan satu lagu jemaat yang “utuh” dengan berbagai kemungkinan keterlibatan, antara lain: menyanyi secara alternatim (bergilir-ganti) dengan jemaat dan paduan suara, dan lain-lain;
  • Dapat menolong kelangsungan ibadah yang baik dengan melakukan kreativitas lain, misalnya dengan menambahkan gerakan dan tarian (dance and movement in liturgy) atau menyajikan nyanyian persembahan dengan gerak koreografi yang sesuai.” (sumber: “Situs Komunitas Jemaat Gereja Kristen Indonesia” & “Blog Christina’s Place”: PROKANTOR dan KANTORIA).
Dari pemaparan di atas, saya, secara pribadi, lebih tertarik untuk menggunakan istilah dan/atau menerapkan fungsi “Kantoria dan Prokantor” dari pada menggunakan istilah dan/atau menerapkan fungsi “Song Leader” di dalam kebaktian di gereja-gereja di dalam lingkup pelayanan GMIT (Gereja-gereja Masehi Injili di Timor).

Sambutan positif juga diberikan oleh Ketua Majelis Jemaat Gunung Sinai Naikolan, Pdt. Christiana S. V. Lada-Messakh, SSi.Teol. dan Jemaat atas penerapan fungsi “Kantoria dan Prokantor” pada setiap Kebaktian Utama Minggu di Gereja/Jemaat Gunung Sinai Naikolan.

Demikianlah Buku LITURGI KEBAKTIAN UTAMA MINGGU MODEL I & II EDISI 4 (empat) SUARA ini disusun untuk menunjang tugas dan fungsi Kantoria/Prokantor dan/atau Paduan Suara yang bertugas dalam setiap Kebaktian Utama Minggu yang menggunakan Liturgi Model I dan/atau Model II.

Buku ini juga didedikasikan kepada seluruh Jemaat GMIT Gunung Sinai Naikolan, terkhusus kepada SCHOLA CANTORUM GUNUNG SINAI NAIKOLAN (Kantoria Gunung Sinai Naikolan) yang secara resmi telah mulai melakukan tugas dan fungsi sebagai “Kantoria dan Prokantor” sejak Januari 2013, setelah menjalani masa persiapan dan latihan selama ± 6 (enam) bulan, sejak September 2012.

“SCHOLA CANTORUM GUNUNG SINAI……

Bangkitlah dan Bermazmur
Angkat Pujian bagi ALLAH
Majulah t’rus dalam T’rang-NYA…..!!

Kibarkan Panji Kristus
Di dalam setiap Pengabdianmu
Melayani lebih sungguh……!!

Marilah bersama Memuji TUHAN
Dengan segenap Hati, Jiwa dan Raga
Puji Nama-NYA kini dan selamanya…!!

Mari bersama Melayani TUHAN
Dengan Talenta yang TUHAN t’lah berikan
Jadilah Garam dan T’rang Dunia…!!”
-------------------------------------------------------------
“Laborare est Orare: Bekerja adalah Berdoa. Berdoa bukan hanya 'memejamkan mata', melainkan juga 'membuka mata' & 'melihat kenyataan'. Berdoa bukan hanya 'melipat tangan', melainkan juga 'turun tangan' & 'melakukan tindakan nyata' (Selamat Pagi Tuhan--Andar Ismail).”
-------------------------------------------------------------
“Bermusik/bernyanyi bagi TUHAN adalah wujud Doa yang nyata di hadapan hadirat ALLAH.

“Be the agent of change, and just let the wind of change blow!”


1 comments: