Gereja Masehi Injili di
Timor-Jemaat Gunung Sinai Naikolan
LITURGI KEBAKTIAN UTAMA MINGGU MODEL I & II
Edisi 4 Suara
Edisi 4 Suara
Edisi Khusus JGSN
Kata Pengantar
Buku
LITURGI KEBAKTIAN UTAMA MINGGU MODEL I
& II EDISI 4 (empat) SUARA
ini disusun dalam rangka membantu serta mempermudah Kantoria (Kelompok Penyanyi/Biduan) dan/atau Paduan Suara Gereja yang hendak melakukan fungsi sebagai pemandu lagu-lagu
liturgi pada setiap Kebaktian Utama Minggu di gereja-gereja dalam lingkup
Gereja-Gereja Masehi Injili di Timor (GMIT).
Penyusunan
Buku Liturgi Edisi 4 Suara ini terinspirasi dari buku himpunan lagu-lagu Kidung
Jemaat dan himpunan lagu lainnya yang telah diarransemen ke dalam 4 suara.
Di samping
itu, sebagai pemain musik gereja, saya juga ingin melakukan sebuah terobosan
baru yang (mungkin saja) belum pernah
dilakukan oleh gereja-geraja lain dalam lingkup pelayanan GMIT, dalam hal
memandu lagu-lagu liturgi dalam Kebaktian Utama Minggu dalam formasi 4 suara.
Karena lagu-lagunya telah diarransemen ke dalam 4 suara maka fungsi panduan ini
akan dibawakan oleh sekelompok penyanyi yang disebut sebagai Kantoria yang menggantikan posisi Song
Leader/Pemimpin Pujian (istilah yang sering dikenakan kepada seseorang atau
lebih yang bertugas memimpin puji-pujian jemaat dalam sebuah kebaktian).
“KANTORIA berasal dari bahasa Latin CANTARE yang artinya menyanyi. Sedangkan orang yang menyanyi dikenal
dengan istilah CANTOR (Latin).
Beberapa orang penyanyi yang bernyanyi bersama dalam satu kelompok dikenal
dengan nama SCHOLA CANTORUM atau Kelompok
Biduan.” (sumber: “Situs Komunitas Jemaat Gereja Kristen
Indonesia” & “Blog Christina’s Place”: PROKANTOR dan KANTORIA).
“Schola
Cantorum ini
berfungsi dalam ibadah sejak masa Abad Pertengahan. Sebetulnya sejak masa
Perjanjian Lama, di masa Raja Daud telah dikenal kelompok biduan yang bertugas
di dalam ibadah orang Yahudi. Kira-kira di akhir tahun 80-an, H.A. Pandopo
mulai mempopulerkan penggunaan istilah Schola
Cantorum, antara lain melalui bukunya, Menggubah
Nyanyian Jemaat. Di akhir tahun 90-an, istilah ini makin berkembang dan
dibuat terjemahan dalam bahasa Indonesia yaitu Kantoria dan Prokantor,
yang kadang-kadang disebut juga sebagai Dirigen
Umat.” (sumber: “Situs Komunitas
Jemaat Gereja Kristen Indonesia” & “Blog Christina’s Place”: PROKANTOR dan
KANTORIA).
“Kelompok
Biduan ini dipimpin
oleh procantor. Procantor
adalah pemimpin biduan yang berdiri
di depan para biduan (Pro = di depan,
Cantor = penyanyi). Jumlah ideal Kantoria adalah 10% dari jumlah jemaat,
namun bisa saja paduan suara yang bertugas, berfungsi sebagai Kantoria.” (sumber: “Situs Komunitas
Jemaat Gereja Kristen Indonesia” & “Blog Christina’s Place”: PROKANTOR dan
KANTORIA).
Dalam
menjalankan fungsi, Kantoria bukan sebagai kelompok penyanyi yang memimpin puji-pujian jemaat, tapi
kelompok penyanyi yang BERNYANYI BERSAMA
atau BERNYANYI SELARAS dengan jemaat. Dengan demikian, Kantoria diharapkan tidak
(sekali lagi tidak) “mendominasi” dalam menyanyikan setiap
Puji-pujian/Nyanyian Jemaat sebagai satu-satunya kelompok yang bernyanyi,
tetapi menuntun dan/atau memandu Puji-pujian/Nyanyian Jemaat dalam sebuah
kebaktian. Sebaiknya dihindari penggunaan microphone yang yang sangat keras.
Penggunaan microphone diatur sedemikian rupa agar suara Kantoria tidak
mendominasi tetapi selaras dengan
suara Jemaat.
Sebagaimana
pemahaman saya, Puji-pujian/Nyanyian Jemaat di dalam sebuah kebaktian adalah
puji-pujian/nyanyian yang harus dinyanyikan oleh Jemaat sendiri, bukan hanya oleh Kantoria atau Pendeta
dan/atau Majelis. Jemaat wajib dan harus bisa menyanyikan
Puji-pujian/Nyanyian Jemaat yang dipakai di dalam setiap kebaktian.
Fungsi panduan memang tetap berada pada Kantoria, karena sebagai kelompok yang
ditugaskan secara khusus untuk menyanyikan puji-pujian tentu harus dan/atau
telah melalui proses pembelajaran dan pelatihan yang memadai agar dapat
menyanyikan puji-pujian tersebut secara baik
dan benar sesuai petunjuk notasi dari
tiap-tiap lagu yang ada. Dengan demikian jemaat/peserta kebaktian dapat belajar dan meneladani cara bernyanyi yang baik dan benar pula dari kelompok
yang disebut sebagai Kantoria
tersebut, dan dapat bernyanyi bersama-sama dalam memuji dan memuliakan TUHAN
dalam sebuah kebaktian.
“Berikut ini adalah tugas seorang Prokantor dan Tim-nya (Kantoria):
- Memperkenalkan dan mengajarkan lagu baru kepada
jemaat;
- Menyanyikan lagu bersama jemaat dengan cara yang
benar dan tepat;
- Memperbaiki cara menyanyikan lagu yang salah, secara
langsung atau tidak langsung (jika ternyata lagu tersebut selama ini sudah
salah dinyanyikan oleh jemaat);
- Secara bergantian dapat menyanyikan satu lagu jemaat
yang “utuh” dengan berbagai kemungkinan keterlibatan, antara lain:
menyanyi secara alternatim (bergilir-ganti) dengan jemaat dan paduan
suara, dan lain-lain;
- Dapat menolong kelangsungan ibadah yang baik dengan
melakukan kreativitas lain, misalnya dengan menambahkan gerakan dan tarian
(dance and movement in liturgy) atau menyajikan nyanyian persembahan
dengan gerak koreografi yang sesuai.” (sumber:
“Situs Komunitas Jemaat Gereja
Kristen Indonesia” & “Blog Christina’s Place”: PROKANTOR dan KANTORIA).
Dari
pemaparan di atas, saya, secara pribadi, lebih tertarik untuk menggunakan
istilah dan/atau menerapkan fungsi “Kantoria
dan Prokantor” dari pada menggunakan istilah dan/atau menerapkan fungsi “Song Leader” di dalam kebaktian di
gereja-gereja di dalam lingkup pelayanan GMIT (Gereja-gereja Masehi Injili di
Timor).
Sambutan
positif juga diberikan oleh Ketua Majelis Jemaat Gunung Sinai
Naikolan, Pdt. Christiana S. V. Lada-Messakh, SSi.Teol.
dan Jemaat atas penerapan fungsi “Kantoria dan Prokantor” pada setiap Kebaktian Utama Minggu di
Gereja/Jemaat Gunung Sinai Naikolan.
Demikianlah
Buku LITURGI KEBAKTIAN UTAMA MINGGU MODEL
I & II EDISI 4 (empat) SUARA ini disusun untuk menunjang tugas dan
fungsi Kantoria/Prokantor dan/atau Paduan Suara yang bertugas dalam setiap
Kebaktian Utama Minggu yang menggunakan Liturgi Model I dan/atau Model II.
Buku ini
juga didedikasikan kepada seluruh Jemaat
GMIT Gunung Sinai Naikolan, terkhusus kepada SCHOLA CANTORUM GUNUNG SINAI NAIKOLAN (Kantoria Gunung Sinai Naikolan) yang secara resmi telah mulai
melakukan tugas dan fungsi sebagai “Kantoria
dan Prokantor” sejak Januari 2013, setelah menjalani masa persiapan dan
latihan selama ± 6 (enam) bulan, sejak September 2012.
“SCHOLA CANTORUM GUNUNG SINAI……
Bangkitlah dan Bermazmur
Angkat Pujian bagi ALLAH
Majulah t’rus dalam T’rang-NYA…..!!
Kibarkan Panji Kristus
Di dalam setiap Pengabdianmu
Melayani lebih sungguh……!!
Marilah bersama Memuji TUHAN
Dengan segenap Hati, Jiwa dan Raga
Puji Nama-NYA kini dan selamanya…!!
Mari bersama Melayani TUHAN
Dengan Talenta yang TUHAN t’lah
berikan
Jadilah Garam dan T’rang Dunia…!!”
-------------------------------------------------------------
“Laborare est Orare:
Bekerja adalah Berdoa. Berdoa bukan hanya 'memejamkan mata', melainkan juga 'membuka
mata' & 'melihat kenyataan'. Berdoa bukan hanya 'melipat tangan', melainkan
juga 'turun tangan' & 'melakukan tindakan nyata' (Selamat Pagi Tuhan--Andar
Ismail).”
-------------------------------------------------------------
“Bermusik/bernyanyi bagi
TUHAN adalah wujud Doa yang nyata di hadapan hadirat ALLAH.”
“Be the agent of change, and just let
the wind of change blow!”
Liturgi beda ya dengan kebaktian?
ReplyDelete