English French German Spain Italian Dutch Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Tuesday, January 21, 2014

SOS: Selamatkan Jiwa/Spirit Kekristenan...! (1)

(Surat Kepada Sahabat-Sahabat GMIT-ku)

Mereformasi Puji-Pujian Dalam Praktek

            SYALOM! Surat ini saya sampaikan kepada semua sahabat GMIT-ku di mana saja berada, yang bersimpati memperjuangkan cara/praktek puji-pujian liturgi dan/atau puji-pujian jemaat yang baik, benar dan bertanggung jawab sesuai dengan prinsip dan aturan dasar bernyanyi.

Cara/praktek puji-pujian dimaksud adalah bernyanyi dengan mengikuti ‘apa yang dikehendaki’ (baca: tuntutan) dari sebuah lagu, bukan mengikuti kehendak kita yang menyanyikannya. ‘Apa yang dikehendaki’ dari sebuah puji-pujian, mau tidak mau, harus diikuti oleh kita semua demi dapat menjaga ‘jiwa/spirit’ puji-pujian tersebut.

Untuk mengikuti tuntutan lagu, dalam prakteknya, kita perlu memperhatikan seluruh simbol/petunjuk notasi yang tertera di dalamnya, dan menyanyikannya dengan baik dan benar. Surat ini pun perlu dimaknai sebagai sebuah “SOS” (pesan darurat “Save Our Soul, pen) bagi kita semua untuk menyelamatkan puji-pujian kita yang sudah dan sedang berada dalam kondisi yang sangat memprihatinkan. 

Sahabat-sahabat GMIT-ku! Pada kesempatan ini, saya sangat berharap dan meminta dukungan kita semua untuk mulai melakukan ‘action’; mereformasi kondisi puji-pujian kita (baca: cara/praktek bernyanyi) mulai dari tempat kita masing-masing yakni tempat dimana kita hadir dan berkarya.

Saya memohon kepada sahabat-sahabatku yang mungkin dianugerahi talenta khusus dari ALLAH di bidang seni musik dan suara, dan/atau bagi sahabat-sahabat yang oleh karena latar belakang pendidikan memiliki pemahaman, pengetahuan dan kompetensi yang lebih di bidang seni musik dan suara untuk mau membantu, memberi masukan (saran dan kritik yang konstruktif) untuk membenahi kondisi puji-pujian kita.

Adalah satu kebanggaan bila kita semua dapat berbuat sesuatu yang baik dan bermanfaat demi memuji dan memuliakan TUHAN kita. Bukankah dengan demikian kita sedang melipat gandakan talenta yang diberikan TUHAN kepada kita untuk kemudian dipertanggungjawabkan kembali di hadapan hadirat-NYA?

Sahabat-sahabat GMIT-ku! Kita tentu bisa melihat dan menyaksikan sendiri realita dari praktek puji-pujian kita yang, kalau kita mau jujur, masih sangat jauh dari harapan kita bersama. Puji-pujian liturgi/jemaat yang indah, yang menyentuh hati, yang bersemangat, dan lain-lain yang mengekspresikan pergumulan rohani gereja dan nilai-nilai spiritualitas iman Kristiani masih sangat jauh dari hakekatnya yang sebenarnya.

Mimpi tinggal mimpi adalah sebuah ungkapan yang mungkin tepat untuk merefleksikan harapan, keinginan, cita-cita dan impian kita semua untuk melakukan puji-pujian yang baik dan benar yang tidak menyalahi prinsip/aturan dasar, etika dan estetika berkesenian.

Mudah-mudahan kita semua mempunyai pandangan yang sama akan realita yang ada, dan bertekad untuk membenahi praktek puji-pujian kita menjadi lebih baik ke depan. Kita semua harus bangkit, bergandengan tangan untuk mereformasi cara/praktek bernyanyi yang salah yang sudah berlangsung sekian lama.

Adalah kewajiban kita semua untuk membuat mimpi itu menjadi kenyataan. Saya percaya dengan tetap memohon penyertaan TUHAN di dalam setiap langkah dan usaha kita, kita pasti sanggup merealisasikannya. (Bersambung)

0 comments:

Post a Comment