Ketiga; Belajar, belajar
dan belajar; bahwa kita sebenarnya belum bisa bernyanyi dengan baik dan
benar sesuai dengan aturan bernyanyi dan rambu-rambu
notasi yang semestinya. Kecenderungan menganggap
remeh lagu-lagu yang dianggap lama
dan gampang membuat kita tetap terbelenggu dalam kebiasaan/tradisi
bernyanyi yang salah dari masa ke masa. (Lihat: Pertama dan Kedua)
Apalagi sistem
pembelajarannya pun tidak dapat dipertanggungjawabkan; sistem ahli waris (waris-mewarisi) yakni
generasi sekarang mewarisi dan/atau
bahkan ‘kodo anteru’ (menerima/menelan
‘bulat-bulat’) cara bernyanyi generasi sebelumnya, tanpa mempelajari lebih jauh
salah-benarnya dan/atau membandingkan dengan petunjuk/simbol notasi yang
sebenarnya dari sumber/referensi asli.
“Hat-hati…ceke leher…oo..!”
Ada sebuah
pengalaman menarik yang pernah saya alami. Saya pernah mengiringi pemandu pujian yang nota bene juga anggota senior paduan suara (PS) dari sebuah PS
terbaik gereja. Dari latar belakangnya tersebut, saya sama sekali tidak pantas
untuk meragukan tingkat penguasaan notasinya.
“Namun apa yang terjadi, sodara-sodara…?”
Saat menyanyikan
lagu/puji-pujian liturgi/jemaat, sang pemimpin pujian bernyanyi seenak perut-nya tanpa menghiraukan
tanda baca notasi yang tertera yang sama sekali tidak dapat
dipertanggungjawabkan kebenarannya.
“Loh, om.., tanta..,nyanyinya kok begitu…?”
Ya, sebuah gambaran
yang sangat bertolak belakang antara menyanyikan lagu/puji-pujian
liturgi/jemaat dan lagu-lagu PS. Lagu/puji-pujian liturgi/jemaat dibawakan
tidak seindah lagu-lagu PS dalam arti tidak mengikuti petunjuk dan simbol
notasi yang ada. Ternyata dari bincang-bincang, baru diketahui bahwa di saat
menyanyikan lagu/puji-pujian liturgi/jemaat, ‘sang penyanyi’ tidak lagi
memperhatikan tanda baca notasi yang ada.
“Sekali lagi sodara-sodara, tradisi yang bicara!”
Sang pemandu pujian bernyanyi sesuai dengan kebiasaan yang ia dengar secara turun-temurun. Ia juga mengakui bahwa
kebanyakan lagu/puji-pujian liturgi dan Kidung Jemaat yang dinyanyikan tidak
dipelajarinya lagi, karena kebanyakan lagu-lagunya telah diketahui pula sejak dahulu.
“Ooh…itu masalahnya…! Pantas…! Makanya belajar…!”
0 comments:
Post a Comment