Mulutmu Harimaumu |
Di sisi lain,
kebanyakan kita tidak mau menerima kenyataan kalau keadaan kita dalam hal bernyanyi memang seperti yang disebutkan
di atas. Kita dengan sangat pe-de
(percaya diri)-nya mengaku kalau kita lah yang paling mampu dalam hal bernyanyi. Sampai-sampai ada yang berani mengaku kalau sebagian besar atau
semua lagu di dalam himpunan Kidung Jemaat (bahkan Pelengkap Kidung Jemaat,
Nyanyikanlah Kidung Baru) 100% dikuasainya atau bisa dinyanyikannya (seratus persen..?).
“Lagu Kidung Jemaat…? Aah…gampuuaanng…! Lagu lamuaa…! Sebut
saja lagu nomor berapa dan saya langsung bisa menyanyikannya!” demikian
ungkapan-ungkapan yang sering keluar dari mulut-mulut yang tidak bertanggung
jawab.
“Kek jago-jago sa…!”
Bagaimana kita bisa
menyebutnya sebagai bertanggung jawab,
kalau lagu-lagu yang dibilang gampang
dan lama itu dinyanyikan dengan cara
yang sama sekali tidak memenuhi unsur-unsur seni dan teknis bernyanyi yang baik dan benar. Bagaimana
kita bisa menyebutnya sebagai bertanggung
jawab, kalau kita selalu mengabaikan petunjuk/simbol notasi (tempo, birama,
dan simbol-simbol teknis lain) dari lagu-lagu yang dibilang gampang dan lama tersebut?
“Mulut sonde jaga badan…!”
Ternyata ungkapan lagu gampang
dan lagu lama bagi kita adalah hanya
sebatas sudah sering mendengar dan/atau mungkin sudah bisa menghafal perkataan
dari lagu-lagu dimaksud.
Ungkapan lagu gampang dan lagu lama muncul hanya karena lagu-lagunya memang sudah dipakai turun-temurun sejak dahulu hingga
sekarang, sehingga kita cenderung menganggap remeh lagu-lagu tersebut.
Ungkapan lagu gampang dan lagu lama ternyata adalah wujud dari sikap dan perilaku kita yang suka menggampangkan lagu-lagu yang
sebenarnya tidak gampang untuk
dinyanyikan tanpa disertai upaya dan penerapan bernyanyi yang baik dan benar sesuai dengan aturan dan prinsip
dasar dari seni bernyanyi dan bermusik yang sesungguhnya.
Ungkapan lagu gampang dan lagu lama bagi kita ternyata tidak berarti mengetahui dan menguasai
secara baik dan benar semua petunjuk dan simbol notasi, dan menyanyikannya
sesuai dengan aturannya (ragam lagu).
Lagi-lagi ungkapan lagu gampang dan lagu lama sedikit pun tidak menunjukkan suatu aktifitas bernyanyi yang sungguh-sungguh sehingga
bisa menghadirkan suatu penghayatan dan ekspresi yang memadai.
“Hah…, aneh juga ee…? Begitu kok bilang gampang..!”
0 comments:
Post a Comment