Sudah saatnya kita,
orang Kristen--warga GMIT, harus sadar dan bangkit untuk membenahi kondisi puji-pujian yang sungguh
tertinggal sejak sekian lamanya. Sepertinya, kesalahan atau gangguan bukan terjadi pada mampu atau tidak mampu nya kita, melainkan terjadi pada otak (baca: pola pikir) kita tentang puji-pujian/bernyanyi.
Pola pikir kita
yang salah telah menghambat langkah kita selama ini untuk tertarik dan apalagi jatuh cinta dengan puji-pujian dan bernyanyi.
Pola pikir kita yang salah pula yang telah memberi andil kepada kita untuk
tidak memperhatikan cara/praktek bernyanyi yang baik dan benar.
Padahal puji-pujian
dan bernyanyi adalah salah satu faktor penting, wajib dan mutlak bagi orang
Kristen dalam beribadat kepada ALLAH; sebagai wujud dari ungkapan pujian kita
kepada ALLAH, respon dan tanggapan kita akan kehadiran dan kemuliaan ALLAH.
Di samping itu, puji-pujian/bernyanyi juga merupakan
satu hal unik yang membedakan kita (orang
Kristen) dengan orang-orang di luar Kristen dalam peribadatan. Dengan demikian,
sebagai orang Kristen, kita seharusnya dengan penuh sukacita sadar, mau belajar
dan terus meningkatkan kompetensi
kita dalam hal bernyanyi: bukan sebuah keharusan
yang terpaksa dan/atau keterpaksaan
yang harus.
Kompetensi yang dimaksud adalah mampu/bisa bernyanyi (menguasai perkataan dan ragam lagu)
setidak-tidaknya bisa mengikuti petunjuk dan/atau simbol notasi dengan baik dan
benar dan bisa dipertanggungjawabkan dari segi seni musik dan/atau suara.
Bahkan lebih dari
itu, kita pun wajib/perlu mengasah dan melatih diri dalam hal penguasaan akan
teknik dasar olah vokal yang memadai untuk menunjang aktifitas bernyanyi kita, dan melakukannya dengan penuh kesungguhan
dengan turut melibatkan unsur-unsur penghayatan dan ekspresi.
“Bukankah orang Kristen harus terus bernyanyi, bernyanyi,
dan bernyanyi?”
“Ya, orang Kristen
harus bisa bernyanyi! Orang Kristen pun harus pandai bernyanyi!”
Semoga TUHAN menolong
kita! (Selesai)
0 comments:
Post a Comment