English French German Spain Italian Dutch Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Thursday, April 3, 2014

OKB (3): “Bernyanyi Bukan Perintah Agama Kristen?”


Tidak salah memang anggapan atau kesimpulan bahwa orang Kristen pandai bernyanyi itu muncul dari kalangan non Kristen.

“Kenapa?”

 Karena jika ditelusuri lebih jauh, bernyanyi pada kenyataannya adalah sebuah kegiatan wajib bagi orang Kristen tanpa kecuali, atau oleh kalangan non Kristen dianggap sebagai sebuah perintah agama dalam hal ini perintah agama Kristen yang harus dijalankan oleh orang Kristen sendiri.

Kalau kita mau jujur, orang Kristen--warga GMIT sendiri sebenarnya belum atau mungkin tidak mau menyadari dan mengakui bahwa bernyanyi sesungguhnya adalah salah satu perintah agama. Bernyanyi adalah faktor ke-sekian yang tidak perlu mendapat perhatian, karena masih ada faktor-faktor lain yang dinilai lebih/sangat penting sebagai prioritas(?). Atau bernyanyi (mungkin) dianggap oleh sebagian kalangan sebagai hura-hura?

Jika demikian, coba kita membuka dan melihat buku Himpunan Liturgi kita. Bukankah bernyanyi, sebagai ungkapan puji-pujian kepada ALLAH, adalah kegiatan yang wajib dan harus dilakukan di dalam setiap kebaktian kita? Bukankah puji-pujian mendominasi di dalam liturgi kebaktian kita?

Jika saja pola pikir/anggapan kita (orang Kristen--warga GMIT) baik dari pemimpin agama sampai jemaat masih sama seperti yang dikemukakan di atas, maka Sinode GMIT sebaiknya mulai mempertimbangkan untuk merubah liturgi dengan mengurangi dan/atau menghilangkan nyanyian jemaat yang selama ini mendominasi di dalam setiap proses kebaktian kita.

“Maaf, kalo kurang berkenan…! Soalnya pola pikir sebagian besar jemaat/warga gereja sudah seperti itu!”

Namun jika GMIT ingin tetap mempertahankan bernyanyi sebagai ungkapan pujian jemaat kepada ALLAH dan/atau respon jemaat terhadap kemuliaan dan kehadiran ALLAH, maka GMIT pun harus melakukan upaya-upaya serius dan sistematis untuk menjelaskannya kepada warganya. GMIT harus peka dengan kondisi jemaat yang pada kenyataannya belum atau tidak memahami sama sekali tentang makna, hakekat dan tujuan beribadat kepada ALLAH di dalam setiap kebaktian kita.

(Bersambung)

0 comments:

Post a Comment