English French German Spain Italian Dutch Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Friday, April 11, 2014

OKB (6): “Bernyanyi Adalah Perintah Agama Kristen”


Masih berkenaan dengan sanjungan yang dikemukakan oleh teman saya di atas (bahwa orang Kristen pandai bernyanyi), seharusnya kita malu, mulai kembali bercermin, dan secepat mungkin mulai berbenah diri.

Sanjungan tersebut sedianya dijadikan sebagai cambuk untuk memacu semangat kita mengejar ketertinggalan kita di dalam hal puji-pujian dan/atau bernyanyi. Kita harus mampu menjawab kesimpulan orang-orang di luar sana bahwa orang Kristen bisa dan pandai bernyanyi. Kita harus bisa membuktikan diri kita bahwa kemampuan kita dalam hal bernyanyi harus melebihi orang-orang di luar Kristen yang mana bernyanyi bukanlah perintah agama mereka.

“Caranya…?”

Pertama; Merubah pola pikir kita; bahwa bernyanyi adalah sebuah kewajiban yang harus dilakukan oleh orang Kristen (baca: warga GMIT) sebagai wujud ungkapan dan puji-pujian kepada ALLAH. Melihat bahwa puji-pujian mendominasi di dalam liturgi kebaktian kita, maka sepatutnya bernyanyi diterima/diakui sebagai salah satu perintah agama yang harus dijalankan oleh umat Kristen sendiri. Sebuah perintah yang pada kenyataannya harus/wajib/mutlak dilakukan oleh kita di setiap kesempatan beribadah kepada ALLAH.

“Aktifitas apakah yang membedakan kita sebagai orang Kristen dengan orang lain di luar Kristen dalam hal melakukan upacara keagamaan atau sembahyang atau kebaktian?”

Ada kelompok agama tertentu yang diperintahkan/diwajibkan oleh agamanya untuk melakukan ritual dengan cara tertentu dalam setiap peribadatan mereka; menari, bersyair, dan lain sebagainya. Untuk kita (orang Kristen atau warga GMIT), cara tertentu yang dimaksud di sini tidak lain dan tidak bukan adalah bernyanyi atau biasa disebut melakukan puji-pujian atau memuji TUHAN.

Sebenarnya pola pikir seperti ini harus ditumbuh-kembangkan di dalam alam pikir setiap orang Kristen. Jika tidak, maka faktor ini pula yang akan menjadi penghambat utama bagi kita, orang Kristen--warga GMIT, tidak bisa bernyanyi.

“Kaarrrnnaa…?”

Karena bernyanyi bukanlah sebuah faktor yang penting, sehingga kita tidak perlu merasa terbebani untuk mempelajari dan menguasainya. Malah di sebagian besar kalangan generasi muda, jangankan diajak untuk latihan bernyanyi, ketika berbicara saja tentang lagu/puji-pujian liturgi/jemaat, serta-merta mereka mengatakan:

“Cape….deeehh!”

(Bersambung)

0 comments:

Post a Comment