PRAKTEK
PENDARASAN MAZMUR
Melagulantunkan Mazmur secara mendaras disebut ‘psalmodia’ (bahasa Yunani ‘ooidè’
= melodi, ‘psalmos’ = mazmur,
nyanyian dengan iringan alat musik).
Di dalam Kitab Mazmur dalam bahasa Ibrani terdapat banyak
tanda-tanda yang menolong seorang pendaras untuk menyampaikan makna dari
ayat-ayat yang bersangkutan. Tanda-tanda itu menyangkut aksentuasi, artikulasi,
pernafasan, pausa, nada melodi, dst. Tentunya setiap bahasa mempunyai aturan
sendiri sehubungan dengan aspek-aspek penyampaian itu (seni retorika).
Yang amat penting bagi kita ialah tanda yang menentukan
pertengahan bait, sekaligus nafas panjang. Tandanya dalam Mazmur Ibrani disebut
‘atnakh’, yang ditempatkan di bawah kata terakhir
pertengahan kalimat dan berbentuk ˰. Di dalam
pendarasan Gregorian tanda itu diganti dengan asterisk *. Tanda asterisk
itu etap kita pakai dalam tulisan Mazmur yang ingin kita daraskan. Juga dalam
Alkitab edisi LAI tiap-tiap ayat dengan jelas terbagi dalam dua bagian. Kedua
bagian ayat bergerak sejalan dan isi dari masing-masing bagian saling
melengkapi. Bentuk puisi Ibrani itu disebut ‘paralelismus
membrorum’ (‘kesejalanan anggota-anggota/bagian-bagian kalimat’).
Dalam Mazmur Ibrani terdapat juga tempat-tempat yang ‘kosong’ di
tengah-tengah baris-baris tertentu, yakni untuk menunggu lagi sebentar. Itu
tidak kelihatan dalam kebanyakan edisi Alkitab. Maka tidak gampang bagi kita
untuk menentukan tempatnya. Mudah-mudahan imajinasi kita sendiri dapat
menebaknya. Diharapkan agar akan diterbitkan edisi Mazmur khusus untuk
pendarasan, yang dilengkapi dengan asterisk dan tempat-tempat kosong.
Sering kita mendengar bacaan Alkitab di dalam ibadah kurang
menggunakan seni penyampaian isi (retorika). Kesannya pembaca lebih mengeja
huruf-huruf dari pada membacakan kata-kata dan kalimat-kalimat. Maka bagi para
pendengarnya isi pembacaan itu menjadi kurang berarti. Di dalam Gereja Katolik
diadakan pembinaan para lector (pembaca).
Mereka harus belajar menarik nafas pada waktunya, menunggu pada waktunya,
berartikulasi yang baik, tidak membiarkan suara anjlok di akhir kata-kata
(dukungan pernafasan sampai kata itu selesai diucap), menaikkan dan menurunkan
tinggi nada serta volumenya. Semuanya itu agar makna pesan sampai kepada
telinga dan hati pendengar.
Dengan maksud yang sama, dalam Gereja Katolik umat diajarkan
(mulai dengan anak-anak) untuk mengucapkan doa Bapa Kami, Pengakuan Iman Rasuli atau Pengakuan Iman Nicea dll dengan tenang: dengan menarik nafas
secukupnya di akhir setiap bagian. Jangan seperti perlombaan siapa yang pertama
sampai ke garis akhir. Oma-oma sudah tidak bisa ikut berdoa lagi: habis nafas.
Pendarasan Mazmur juga demikian: makna harus sampai, dengan menggunakan
segala cara yang tersedia dalam suara manusia (jangan terutama kita
mengandalkan pengeras suara yang hanya memperbesar kelemahan kita dan tidak
membuat pengucapan kita lebih jelas).
Mazmur 1:1 dan 2 … seharusnya – menurut bahasa Ibrani – dicetak kira-kira
demikian:
1. Berbahagialah
orang (nafas pendek)
yang tidak berjalan menurut nasihat orang
fasik,(nafas pendek)
yang di jalan orang berdosa tidak berdiri,
* (nafas
panjang) [pertengahan ayat]
dan dalam kumpulan pencemooh (nafas pendek)
tidak duduk. (selesai, langsung ke ayat
berikut)
2. tetapi
yang kesuakaannya ialah Taurat Tuhan, (nafas
pendek)
dan yang merenungkan Taurat itu * (nafas panjang) [pertengahan
ayat]
siang dan malam (selesai, langsung
ke ayat berikut)
Catatan: Taurat Tuhan yakni
Kitab Kejadian s.d. Ulangan. [Prev=>Next: PENDARASAN MAZMUR; Lagu PendarasanMazmur]
0 comments:
Post a Comment