JEMAAT DAN PUJI-PUJIAN JEMAAT
Sering ada keluhan dari jemaat, kalau puji-pujian
yang dipersiapkan untuk satu kebaktian kadang terlalu sulit/asing untuk
dinyanyikan atau belum diketahui secara luas/umum. Hal ini juga menjadi faktor
penyebab ketiga mengapa puji-pujian
jemaat diabaikan (lihat: Pertama dan Kedua).
Jawabannya adalah karena jemaat hanya diarahkan untuk berputar-putar di tempat; hanya pada puji-pujian yang
menurut mereka mudah dan umum.
Diarahkan
oleh siapa?
Diarahkan oleh semua pihak (pendeta, majelis jemaat,
atau siapa pun itu) yang menyediakan lagu-lagu untuk dipergunakan dalam sebuah
kebaktian/peribadatan. Dengan demikian kita semua hanya berputar-putar di tempat tanpa ada upaya untuk mau mempelajari
lagu-lagu yang lain. Kita hanya mewarisi
dan mewarisi puji-pujian jemaat
generasi sebelumnya, padahal puji-pujian jemaat terus dan terus berkembang atau
berubah dari waktu ke waktu.
Inilah kondisi/kenyataan yang ada di dalam jemaat
dalam kaitannya dengan melakukan puji-pujian jemaat. Semoga ini menjadi masukan
berharga untuk kita semua sebagai bahan pertimbangan untuk menata, mencari dan
menemukan jalan keluar terbaik untuk membenahi kondisi ini.
Ada kendala serius yang harus menjadi perhatian
semua pihak; adanya pola pikir dan pemahaman jemaat yang salah yang sudah melekat/mentradisi
secara turun-temurun, penguasaan puji-pujian yang statis yang tidak berkembang sesuai dengan perkembangan puji-pujian
jemaat di dalam gereja dan/atau jemaat, dan ketidaktertarikan jemaat untuk
mempelajari dan menyanyikan puji-pujian yang dipakai oleh gereja (GMIT).
Untuk meluruskan pola pikir dan anggapan jemaat di
atas, diharapkan GMIT pro-aktif memberikan penjelasan-penjelasan kepada dan
terus mengingatkan jemaat akan dasar pemahaman Teologis-Alkitabiah yang dianut
oleh GMIT tentang latar belakang, makna, maksud dan tujuan dari setiap
peribadatan/kebaktian khususnya Kebaktian Utama Minggu, termasuk di dalamnya
makna, fungsi dan peranan puji-pujian jemaat, maupun fungsi dan peranan dari
semua orang yang berpartisipasi dalam sebuah peribadatan/kebaktian.
Dewasa ini, jemaat belum memiliki pemahaman yang
jelas dan pasti tentang hakekat dari sebuah kebaktian. Kalaupun ada, pemahaman
tersebut atas inisiatif jemaat sendiri yang dipungut
dari sembarang tempat (baca: sumber-sumber) yang belum tentu memiliki dasar
pemahaman Teologis-Alkitabiah yang baik dan benar sesuai dengan apa yang dianut
oleh GMIT.
Pemahaman dimaksud perlu dan harus terus
disosialisasikan kepada warga gereja/jemaat sedini mungkin mulai dari sekarang;
baik dalam Khotbah, Katekismus, maupun Sekolah Minggu. Bahkan perlu dipikirkan
lebih jauh sebuah Metode Pembelajaran Liturgi yang sistematis dan dijadikan
sebagai kurikulum untuk diajarkan kepada jemaat.
Pendidikan Liturgi juga perlu dijadikan sebagai
salah satu mata pelajaran pokok di dalam setiap katekisasi pra sidi maupun pra nikah
sebagai sebuah bentuk pembekalan kepada jemaat. Pendidikan Liturgi, dalam
kaitannya dengan puji-pujian jemaat/liturgi, kiranya dapat memberi pencerahan
tentang makna, fungsi dan peranan puji-pujian jemaat/liturgi, dan fungsi dan
peranan jemaat yang seharusnya dalam sebuah peribadatan/kebaktian.
Dengan demikian, diharapkan setiap kita (baca:
jemaat) yang terlibat dalam sebuah proses peribadatan/kebaktian khususnya
Kebaktian Utama Minggu dapat memahaminya dengan jelas, sehingga sebagai jemaat,
kita juga dapat menjalankan fungsi dan peranannya dengan baik di dalam rumah
ALLAH. Semoga TUHAN menolong kita!! (Habis)
Lihat tulisan sebelumnya!
Lihat tulisan sebelumnya!
0 comments:
Post a Comment