English French German Spain Italian Dutch Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Wednesday, March 19, 2014

Sulitkah Lagu-Lagu GMIT?


JEMAAT DAN PUJI-PUJIAN JEMAAT

Sering ada keluhan dari jemaat, kalau puji-pujian yang dipersiapkan untuk satu kebaktian kadang terlalu sulit/asing untuk dinyanyikan atau belum diketahui secara luas/umum. Hal ini juga menjadi faktor penyebab ketiga mengapa puji-pujian jemaat diabaikan (lihat: Pertama dan Kedua). 

Kenapa sulit? 

Jawabannya adalah karena jemaat hanya diarahkan untuk berputar-putar di tempat; hanya pada puji-pujian yang menurut mereka mudah dan umum. 

Diarahkan oleh siapa?
 
Diarahkan oleh semua pihak (pendeta, majelis jemaat, atau siapa pun itu) yang menyediakan lagu-lagu untuk dipergunakan dalam sebuah kebaktian/peribadatan. Dengan demikian kita semua hanya berputar-putar di tempat tanpa ada upaya untuk mau mempelajari lagu-lagu yang lain. Kita hanya mewarisi dan mewarisi puji-pujian jemaat generasi sebelumnya, padahal puji-pujian jemaat terus dan terus berkembang atau berubah dari waktu ke waktu. 

Inilah kondisi/kenyataan yang ada di dalam jemaat dalam kaitannya dengan melakukan puji-pujian jemaat. Semoga ini menjadi masukan berharga untuk kita semua sebagai bahan pertimbangan untuk menata, mencari dan menemukan jalan keluar terbaik untuk membenahi kondisi ini. 

Ada kendala serius yang harus menjadi perhatian semua pihak; adanya pola pikir dan pemahaman jemaat yang salah yang sudah melekat/mentradisi secara turun-temurun, penguasaan puji-pujian yang statis yang tidak berkembang sesuai dengan perkembangan puji-pujian jemaat di dalam gereja dan/atau jemaat, dan ketidaktertarikan jemaat untuk mempelajari dan menyanyikan puji-pujian yang dipakai oleh gereja (GMIT).  

Untuk meluruskan pola pikir dan anggapan jemaat di atas, diharapkan GMIT pro-aktif memberikan penjelasan-penjelasan kepada dan terus mengingatkan jemaat akan dasar pemahaman Teologis-Alkitabiah yang dianut oleh GMIT tentang latar belakang, makna, maksud dan tujuan dari setiap peribadatan/kebaktian khususnya Kebaktian Utama Minggu, termasuk di dalamnya makna, fungsi dan peranan puji-pujian jemaat, maupun fungsi dan peranan dari semua orang yang berpartisipasi dalam sebuah peribadatan/kebaktian. 

Dewasa ini, jemaat belum memiliki pemahaman yang jelas dan pasti tentang hakekat dari sebuah kebaktian. Kalaupun ada, pemahaman tersebut atas inisiatif jemaat sendiri yang dipungut dari sembarang tempat (baca: sumber-sumber) yang belum tentu memiliki dasar pemahaman Teologis-Alkitabiah yang baik dan benar sesuai dengan apa yang dianut oleh GMIT. 

Pemahaman dimaksud perlu dan harus terus disosialisasikan kepada warga gereja/jemaat sedini mungkin mulai dari sekarang; baik dalam Khotbah, Katekismus, maupun Sekolah Minggu. Bahkan perlu dipikirkan lebih jauh sebuah Metode Pembelajaran Liturgi yang sistematis dan dijadikan sebagai kurikulum untuk diajarkan kepada jemaat. 

Pendidikan Liturgi juga perlu dijadikan sebagai salah satu mata pelajaran pokok di dalam setiap katekisasi pra sidi maupun pra nikah sebagai sebuah bentuk pembekalan kepada jemaat. Pendidikan Liturgi, dalam kaitannya dengan puji-pujian jemaat/liturgi, kiranya dapat memberi pencerahan tentang makna, fungsi dan peranan puji-pujian jemaat/liturgi, dan fungsi dan peranan jemaat yang seharusnya dalam sebuah peribadatan/kebaktian. 

Dengan demikian, diharapkan setiap kita (baca: jemaat) yang terlibat dalam sebuah proses peribadatan/kebaktian khususnya Kebaktian Utama Minggu dapat memahaminya dengan jelas, sehingga sebagai jemaat, kita juga dapat menjalankan fungsi dan peranannya dengan baik di dalam rumah ALLAH. Semoga TUHAN menolong kita!! (Habis)

Lihat tulisan sebelumnya!

0 comments:

Post a Comment