English French German Spain Italian Dutch Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Thursday, March 13, 2014

Puji-Pujian Jemaat Sebagai Ungkapan Iman Jemaat


JEMAAT DAN PUJI-PUJIAN JEMAAT


Yang dimaksud dengan puji-pujian jemaat di sini adalah nyanyian yang dilakukan oleh jemaat atau lagu-lagu yang dinyanyikan oleh jemaat sebagai tanggapan/respon jemaat terhadap setiap tahapan liturgy di dalam sebuah kebaktian/peribadatan. 

Di dalam kebaktian kita (Kebaktian Utama Minggu dan/atau kebaktian lainnya) lagu-lagu yang dipakai adalah nyanyian/lagu yang betul-betul mencerminkan nilai-nilai iman Kristiani, mengandung spiritualitas yang dalam dan bermanfaat bagi pertumbuhan rohani, serta memperlihatkan pergumulan rohani gereja-gereja di seluruh dunia. Kehadiran puji-pujian jemaat merupakan sebuah kekayaan rohani gereja yang perlu dipertahankan, dilestarikan, dan dipergunakan sebesar-besarnya hanya demi kemuliaan ALLAH semata.


Ditinjau dari makna dan esensinya, puji-pujian jemaat adalah sebuah ungkapan iman jemaat dan/atau gereja akan kebesaran dan kemuliaan ALLAH, SANG PENCIPTA langit dan bumi beserta segala isinya, akan kasih karunia ALLAH di dalam YESUS KRISTUS sebagai TUHAN dan JURUSELAMAT, dan akan penyertaan ALLAH di dalam ROH KUDUS di dalam kehidupan beriman kita sehari-hari.

Sebagai ungkapan iman, maka semua individu yang terlibat di dalam proses peribadatan/kebaktian selayaknya wajib berperan aktif melaksanakan puji-pujian jemaat, bukan hanya pemandu pujian dengan diiringi oleh organis/pianis seorang diri atau hanya majelis (penatua dan diaken) atau pendeta seorang diri. 

Puji-pujian jemaat adalah sebuah ungkapan iman, respon dari dan oleh jemaat untuk ALLAH. Semua yang terlibat, tanpa kecuali, wajib (sekali lagi: WAJIB) melakukan puji-pujian jemaat hanya untuk kebesaran dan kemuliaan ALLAH di tempat yang maha tinggi. Semua harus menjadi subyek pelaku (kalaupun disebut obyek adalah obyek pelaku) di dalam puji-pujian.

Dewasa ini, pada setiap peribadatan/kebaktian, tidak dapat disangkal, selalu ada ketimpangan di dalam diri jemaat dalam melakukan puji-pujian jemaat. Jemaat tanpa puji-pujian jemaat hampir (atau: sudah?) menjadi hal yang wajar dalam setiap proses peribadatan/kebaktian kita. Jemaat sering kali hanya bisa tertolong/terselamatkan oleh pemimpin pujian dan/atau pendeta yang mampu/berusaha menyelesaikan puji-pujian jemaat dengan ‘selamat’. 

Itu pun bukan berarti bahwa jemaat melakukan hal yang sama dengan pemimpin pujian atau pendeta. Kolaborasi antara pemimpin pujian dan pendeta menjadi satu-satunya pasangan duet abadi pada setiap kebaktian. Jemaat sering kali diam dan tidak berbuat apa-apa (pasif), seolah-olah jemaatlah yang layak menerima puji-pujian itu?! 

“Siapakah kita (baca: jemaat), sehingga patut mendapatkan puji-pujian tersebut?” “Hanya ALLAH, hanya ALLAH, dan hanya ALLAH satu-satunya yang berhak atas puji-pujian tersebut!”

Hal ini menjadi sebuah permasalahan serius yang perlu dibenahi oleh semua pihak dalam institusi GMIT (gereja maupun jemaat itu sendiri). Semua pihak perlu bercermin dan menata diri untuk bisa mencari tahu kelemahan-kelemahan yang menyebabkan GMIT tertinggal jauh dalam hal puji-pujian jemaat dengan gereja-gereja dari denominasi lain, sehingga perlu dipikirkan sebuah terobosan baru untuk mengatasi masalah ini. (Bersambung)

Lihat tulisan sebelumnya!

0 comments:

Post a Comment