JEMAAT
DAN PUJI-PUJIAN JEMAAT
“Apakah
Puji-pujian bukan milik GMIT?”
Pertanyaan ini saya ajukan karena ada
anggapan bahwa yang berhubungan dengan
puji-pujian adalah milik gereja-gereja dari denominasi lain bukan GMIT. Dan
ini adalah faktor penyebab kedua yang
diduga (atau bisa dipastikan, pen) menjadi penyebab puji-pujian jemaat diabaikan
oleh jemaat kita (lihat: faktor penyebab yang Pertama).
Vonis
seperti ini (entah ciptaan siapa? Pastinya ciptaan iblis!) sepertinya sudah mendarah-daging
di sebagian kalangan warga gereja/jemaat kita secara turun-temurun. Atau boleh
jadi sudah menjadi dasar iman jemaat? Hanya TUHAN yang tahu!
Ada kecenderungan jika kita berbicara tentang
puji-pujian di denominasi lain, kita sepertinya elergi dengan cara-cara yang dilakukan oleh denominasi lain tersebut
walaupun yang dilakukan itu baik adanya. Akhirnya, karena denominasi lain
melakukan puji-pujian mereka dengan penuh semangat dan antusias, maka GMIT
melakukan sebaliknya hanya untuk sekedar beda?!
Bahkan ada pula anggapan dari sebagian kalangan di GMIT sendiri bahwa cara
melakukan puji-pujian kita (GMIT) harus berbeda dari denominasi lain.
Timbul pertanyaan: “Berbeda yang bagaimana?”
Memang betul berbeda atau harus berbeda, karena
sumber-sumber lagu yang digunakan juga berbeda antara GMIT dan denominasi lain.
GMIT menggunakan lagu-lagu yang terambil dari himpunan lagu-lagu seperti Mazmur,
Tahlil, Dua Sahabat Lama, Kidung Jemaat, Pelengkap Kidung Jemaat, Nyanyikanlah
Kidung Baru, dan lain-lain yang pada dasar dikategorikan sebagai Hymn dan ----.
Sedangkan denominasi lain cenderung menggunakan lagu-lagu pop rohani yang sudah
dikenal luas yang bersumber dari rekaman-rekaman cassette dan/atau CD.
Lagu-lagu Hymn dan --- memiliki genre musik/lagu
klasik yang kental, karena memang lagu-lagunya diadopsi dari lagu-lagu abad
pertengahan ciptaan komponis-komponis terkenal dan juga lagu-lagu rakyat yang
terkenal dari seluruh penjuru dunia. Cara memainkan dan menyanyikannya pun
berbeda dengan cara yang diterapkan pada lagu-lagu pop kontemporer.
Jadi perlu ditekankan di sini bahwa perbedaan
dimaksud adalah bahwa kita (GMIT) memiliki genre musik dan lagu tersendiri
(musik/lagu klasik) yang memang berbeda dengan denominasi lain. Jangan diartikan
kalau mereka ‘bersemangat’ maka kita
harus ‘loyo’, kalau mereka ‘sungguh-sungguh’ maka kita harus ‘asal-asalan’, kalau mereka ‘bernyanyi dengan benar’ maka kita harus ‘bernyanyi dengan tidak benar’, dan
seterusnya. (Bersambung)
Lihat tulisan sebelumnya!
Lihat tulisan sebelumnya!
0 comments:
Post a Comment