English French German Spain Italian Dutch Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Saturday, March 15, 2014

Pemahaman Jemaat Yang Keliru


JEMAAT DAN PUJI-PUJIAN JEMAAT
             
           “Apa tujuan kita pergi ke gereja pada setiap hari Minggu?”

Jika pertanyaan ini ditanyakan kepada jemaat, maka jawaban atas pertanyaan ini akan sangat bervariasi. Saya berani mengatakan demikian karena saya pernah iseng-iseng bertanya ke beberapa teman dan memang jawabannya beragam sesuai dengan pemahaman mereka masing-masing.

Ada beberapa hal penting yang perlu dicermati dan menjadi perhatian kita semua. Hal-hal tersebut berkenaan dengan anggapan-anggapan di sebagian kalangan jemaat atau anggota jemaat tertentu yang sudah berkembang menjadi pola pikir (pemahaman) yang diduga (atau bisa dipastikan, pen) menjadi faktor penyebab puji-pujian jemaat diabaikan oleh jemaat itu sendiri. 

Pertama; Jemaat merasa bahwa yang penting dari sebuah peribadatan/kebaktian adalah membaca dan mendengar Firman Tuhan serta menyimak khotbah pendeta saja.
  
Percaya atau tidak, sebagian besar jemaat kita memiliki pemahaman yang seperti ini. Anggapan seperti ini menyebabkan jemaat tidak perlu merasa terbebani (tidak wajib) untuk mempelajari puji-pujian jemaat. 

Tujuan jemaat ke gereja hanya untuk mendengar Firman Tuhan dan khotbah pendeta, dan mungkin memberi persembahan, bukan untuk memuji dan memuliakan ALLAH dengan puji-pujian. Jemaat belum memahami bahwa setiap puji-pujian yang dinyanyikan adalah sebagai ungkapan/respon jemaat dalam menyambut/menanggapi kasih dan kemurahan ALLAH. Jemaat beranggapan bahwa puji-pujian adalah tugas pemandu pujian atau mungkin saja tugas pendeta yang memimpin. Apalagi jika lagunya sulit. 

Pola pikir/pemahaman seperti ini, tidak dapat dipungkiri, juga berimbas pada partisipasi jemaat dalam mengikuti tahapan/urutan proses peribadatan/kebaktian utama (Kebaktian Utama Minggu).

Percaya atau tidak, ada tahapan-tahapan tertentu yang dianggap penting dan tidak penting oleh jemaat. Ada jemaat dengan tanpa rasa risih memasuki ruang kebaktian sesaat sebelum atau tepat pada saat tahapan Pembacaan Firman, dan mulai berbondong-bondong keluar dari ruangan kebaktian/pulang pada saat tahapan Doa Syafaat sedang berlangsung. Ini adalah fakta bukan fiksi

Ini suatu gambaran seolah-olah hanya Pemberitaan Firman Tuhan, Khotbah, Pengakuan Iman dan Persembahan Jemaat yang penting. Jemaat tidak merasa penting tahapan proses di dalam Liturgi Kebaktian seperti Persiapan, Votum, Salam, Introitus, Pengakuan Dosa, Pemberitaan Anugerah ALLAH, Puji-Pujian, Pembacaan Mazmur, Doa Syafaat, Nyanyian Jemaat, Berkat, Saat Teduh dan Suara Gembala. Bahkan lagu penutup yang terambil dari Kidung Jemaat 346: TUHAN ALLAH BESERTA ENGKAU (atau apapun lagunya) yang seharusnya wajib (sekali lagi: WAJIB) dinyanyikan oleh seluruh peserta kebaktian sebelum meninggalkan rumah kebaktian diabaikan begitu saja. SUNGGUH MEMPRIHATINKAN!! 

Mudah-mudahan apa yang saya ungkapkan di atas tentang fakta-fakta yang terjadi sudah tidak terjadi lagi di saat sekarang ini. Kiranya fakta-fakta tersebut hanya menjadi kenangan masa lalu yang tidak perlu ditiru/dicontohi. Semoga kita semua sekarang tanpa kecuali sudah memiliki pola pikir yang lebih baik dan lebih baik. AMIN! (Bersambung)

Lihat tulisan sebelumnya!

0 comments:

Post a Comment