English French German Spain Italian Dutch Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Tuesday, February 4, 2014

Spirit Musik & Puji-Pujian Pengiring Liturgi (4)

SOLUSI (DIALOG-3):
Tulisan sebelum: FAKTOR PENYEBAB (DIALOG-2):

            Tulisan ini masih merupakan lanjutan dialog pendeta dan organis dari ruang konsistori tentang masalah utama di dalam praktek musik dan puji-pujian pengiring liturgi di gereja.

“Luar biasa!” ucap pendeta bersemangat. “Kalau saja informasi ini sampai ke semua Warga Gereja, khususnya sampai pada mereka yang terlanjur menganggap remeh tentang kualitas lagu-lagu pengiring kebaktian kita, pasti akan berubah pikiran! Dan untuk mencapai kualitas permainan/performa dimaksud, tentunya dituntut kerja keras juga dari organis gereja dan pemimpin/pemandu pujian yang bertugas! Perlu suatu pelatihan dan persiapan khusus demi tujuan tersebut!” cetus pendeta penuh harap.

“Betul sekali, pak! Kita harus bisa menghapus semua anggapan negatif, dan menunjukkan kualitas musik puji-pujian terbaik demi kemualiaan ALLAH! Gereja harus memberi pelatihan dan persiapan khusus bagi mereka!” ujar organis pasti.

“Mungkin ada informasi dan tips untuk para organis/pianis gereja dan pemimpin/pemandu pujian?” tanya pendeta.

“Iya, pak! Khusus untuk para organis gereja: YAMUGER telah menerbitkan buku Kidung Jemaat Edisi Harmoni (Notasi Balok) dan Kidung Jemaat Edisi Akord (Notasi Angka). Khusus KJ Edisi Akord, di dalamnya lagu-lagunya telah diarransemen secara keseluruhan dengan mencantumkan akord!”

“Iya, ya…! Mungkin ini (KJ Edisi Akord, pen) salah satu jalan keluar terbaik bagi para pemain musik gereja kita! Soalnya untuk kebanyakan orang Indonesia khususnya di GMIT (organis/pemain musik, pen), saya pikir Edisi Akord lebih cocok karena sebagian besar pemain musik gereja adalah pemain otodidak yang mana pasti lebih memahami petunjuk notasi angka dan akord!” lanjut pendeta.

“Benar sekali, pak!” jawab organis menyetujui.

“Apa bukunya (KJ Edisi Akord) gampang diperoleh?” tanya pendeta.

“Iya, pak! Bukunya tersedia di toko-toko buku rohani! Saya sarankan sebaiknya pemain musik gereja (otodidak, pen) perlu memiliki buku tersebut! Dengan mempelajarinya, seorang organis akan memperoleh rasa baru terhadap lagu-lagu yang ada, dimana lagu-lagunya terasa sangat indah, hikmat dan kudus, bahkan terlihat jelas kualitas musik yang sangat luar biasa yang tidak dimiliki oleh musik/lagu kontemporer!”

“Dari buku tersebut juga”, lanjut organis, “seorang pemain musik dapat terus belajar meningkatkan dan memperkaya skill dan kompetensi permainan, dengan demikian bisa menjadi modal dasar baginya untuk dengan sendirinya mampu mengaransemen lagu-lagu gerejawi lainnya (seperti PKJ, NKB, Mazmur, Nyanyian Rohani, dll. yang belum ada arransemennya) dengan baik dan benar! Untuk pemimpin/pemandu pujian, agar selalu melakukan latihan secara intensif dengan tetap memperhatikan tanda baca/symbol, unsur-unsur lain yang menentukan nilai, harga dan karakter notasi, dinamika, perasaan, tempo dan ketukan yang tepat! Dengan demikian maka diharapkan puji-pujian pengiring liturgy mempunyai jiwa, dan dapat memberi semangat (spirit) bagi warga gereja dalam memuji dan memuliakan ALLAH, di samping turut menjaga dan memelihara kekhusukan dalam beribadah!” saran organis.

“Betul! Kita sudah saatnya untuk mulai membenahi musik dan puji-pujian kita! Soalnya, kalau mau jujur, kita masih terpuruk dalam hal praktek musik dan puji-pujian! Kita semua, termasuk pelaku musik dan puji-pujian gereja, perlu menyadari dari sekarang bahwa musik dan puji-pujian gereja adalah hal yang sangat penting dalam sendi-sendi kehidupan kekristenan! Soalnya, kalau boleh saya katakan, kehidupan kekristenan kita tidak bisa dipisahkan dari yang namanya musik dan puji-pujian!” himbau pendeta menutup pembicaraan. (Selesai)

0 comments:

Post a Comment