SOLUSI (DIALOG-3):
Tulisan sebelum: FAKTOR PENYEBAB (DIALOG-2):
Tulisan
ini masih merupakan lanjutan dialog pendeta dan organis dari ruang konsistori
tentang masalah utama di dalam praktek musik dan puji-pujian pengiring liturgi
di gereja.
“Luar biasa!” ucap
pendeta bersemangat. “Kalau saja informasi ini sampai ke semua Warga Gereja,
khususnya sampai pada mereka yang terlanjur menganggap remeh tentang kualitas
lagu-lagu pengiring kebaktian kita, pasti akan berubah pikiran! Dan untuk
mencapai kualitas permainan/performa dimaksud, tentunya dituntut kerja keras
juga dari organis gereja dan pemimpin/pemandu pujian yang bertugas! Perlu suatu
pelatihan dan persiapan khusus demi tujuan tersebut!” cetus pendeta penuh
harap.
“Betul sekali,
pak! Kita harus bisa menghapus semua anggapan negatif, dan menunjukkan kualitas
musik puji-pujian terbaik demi kemualiaan ALLAH! Gereja harus memberi pelatihan
dan persiapan khusus bagi mereka!” ujar organis pasti.
“Mungkin ada
informasi dan tips untuk para organis/pianis gereja dan pemimpin/pemandu pujian?”
tanya pendeta.
“Iya, pak!
Khusus untuk para organis gereja: YAMUGER telah menerbitkan buku Kidung Jemaat
Edisi Harmoni (Notasi Balok) dan Kidung Jemaat Edisi Akord (Notasi Angka).
Khusus KJ Edisi Akord, di dalamnya lagu-lagunya
telah diarransemen secara keseluruhan dengan mencantumkan akord!”
“Iya, ya…!
Mungkin ini (KJ Edisi Akord, pen)
salah satu jalan keluar terbaik bagi para pemain musik gereja kita! Soalnya
untuk kebanyakan orang Indonesia khususnya di GMIT (organis/pemain musik, pen),
saya pikir Edisi Akord lebih cocok karena sebagian besar pemain musik gereja adalah
pemain otodidak yang mana pasti lebih memahami petunjuk notasi angka dan akord!”
lanjut pendeta.
“Benar sekali,
pak!” jawab organis menyetujui.
“Apa bukunya
(KJ Edisi Akord) gampang diperoleh?” tanya pendeta.
“Iya, pak! Bukunya
tersedia di toko-toko buku rohani! Saya sarankan sebaiknya pemain musik gereja
(otodidak, pen) perlu memiliki buku tersebut! Dengan mempelajarinya, seorang organis
akan memperoleh rasa baru terhadap
lagu-lagu yang ada, dimana lagu-lagunya terasa sangat indah, hikmat dan kudus, bahkan terlihat jelas kualitas
musik yang sangat luar biasa yang tidak dimiliki oleh musik/lagu kontemporer!”
“Dari buku
tersebut juga”, lanjut organis, “seorang pemain musik dapat terus belajar meningkatkan dan memperkaya skill dan kompetensi permainan, dengan demikian bisa menjadi modal dasar
baginya untuk dengan sendirinya mampu mengaransemen lagu-lagu gerejawi lainnya
(seperti PKJ, NKB, Mazmur, Nyanyian Rohani, dll. yang belum ada arransemennya)
dengan baik dan benar! Untuk pemimpin/pemandu
pujian, agar selalu melakukan latihan secara intensif dengan tetap
memperhatikan tanda baca/symbol, unsur-unsur lain yang menentukan nilai, harga
dan karakter notasi, dinamika, perasaan, tempo dan ketukan yang tepat! Dengan
demikian maka diharapkan puji-pujian pengiring liturgy mempunyai jiwa, dan dapat memberi semangat (spirit) bagi warga gereja dalam memuji
dan memuliakan ALLAH, di samping turut menjaga dan memelihara kekhusukan dalam
beribadah!” saran organis.
“Betul! Kita
sudah saatnya untuk mulai membenahi musik dan puji-pujian kita! Soalnya, kalau
mau jujur, kita masih terpuruk dalam hal praktek musik dan puji-pujian! Kita
semua, termasuk pelaku musik dan puji-pujian gereja, perlu menyadari dari sekarang
bahwa musik dan puji-pujian gereja adalah hal yang sangat penting dalam
sendi-sendi kehidupan kekristenan! Soalnya, kalau boleh saya katakan, kehidupan
kekristenan kita tidak bisa dipisahkan dari yang namanya musik dan
puji-pujian!” himbau pendeta menutup pembicaraan. (Selesai)
0 comments:
Post a Comment