Oleh: Pietro T. M.
Netti
Tuan Rumah Rumah MUGER Kupang
Gambar: youtube |
Nyanyian
Jemaat yang dimaksud dalam pembahasan kali
ini adalah lagu-lagu yang dipakai dan/atau dinyanyikan oleh jemaat di setiap
kebaktian, baik pada Kebaktian Utama Minggu (KUM) maupun pada
kebaktian-kebaktian lainnya. Nyanyian-nyanyian jemaat yang sering/selalu
dipakai terambil dari berbagai himpunan (buku) lagu antara lain: Kidung Jemaat
(KJ), Pelengkap Kidung Jemaat (PKJ), Nyanyikanlah Kidung Baru (NKB), Nyanyian
Rohani (NR), Mazmur, Tahlil, dll.
Kita harus jujur bahwa
praktek nyanyian jemaat yang terjadi selama ini di dalam jemaat di lingkup GMIT
masih jauh dari harapan. Menyanyi yang
baik dan benar telah menjadi masalah serius secara turun-temurun. Jemaat yang
sekarang mewarisi cara bernyanyi jemaat terdahulu, yang mana cara bernyanyi
yang diwarisi tersebut bisa jadi adalah cara bernyanyi yang baik dan benar,
tetapi juga bisa jadi adalah cara yang
buruk dan salah.
Warisan cara bernyanyi yang
baik dan benar perlu dijaga dan dipertahankan, sedangkan cara bernyanyi yang
buruk dan salah perlu/segera diperbaiki agar tidak merusak lagu/pujian, tidak
menghilang roh/jiwa dari nyanyian, dan yang terpenting adalah tidak merendahkan
atau bahkan membunuh spirit kekristenan
kita di hadapan kita sendiri sebagai orang Kristen warga GMIT yang berada di
tengah-tengah denominasi lain, maupun di hadapan orang-orang non-Kristen.
“Bagaimana kita bisa mengetahui
cara bernyanyi yang diterapkan sudah baik
dan benar atau buruk dan salah?”
Berbicara tentang cara bernyanyi, maka kita pasti akan berbicara
tentang teknik dasar olah vokal, membaca
notasi, dan yang tidak kalah penting
adalah memainkan alat musik pengiring
untuk mengiringi nyanyian jemaat. Memang rumit, tapi itulah konsekuensi kita
sebagai Kristen atau sebagai orang Kristen. Kita sebagai orang Kristen mau tidak mau harus mau untuk
mempelajari semuanya itu agar cara bernyanyi kita dapat dipertanggungjawabkan
baik secara teori, etika maupun estetika berkesenian,
Hal-hal yang mendukung
terciptanya cara bernyanyi yang baik
dan benar di atas sebenarnya dapat dipelajari melalui banyak cara: kursus-kursus,
belajar pada orang-orang yang sekiranya memiliki talenta bernyanyi, membaca
notasi, dan bermain musik yang baik, melalui buku-buku, dan yang termudah saat
ini adalah belajar dari media-media online
yang menyediakan materi-materi olah vokal, notasi, dan musik.
Menjawab pertanyaan tentang
bagaimana mengetahui cara bernyanyi yang baik dan benar atau yang buruk dan salah
di atas, ada satu langkah awal terbaik yang harus ditempuh yakni kembali ke sumber/teks lagu.
Jemaat/gereja harus membiasakan diri untuk bernyanyi berdasarkan atau sesuai
dengan sumber/teks lagu. Ini merupakan langkah awal untuk dapat memperbaiki cara-cara
bernyanyi yang buruk dan salah.
Sumber/teks lagu adalah hal
penting yang perlu diperhatikan. Yang terjadi selama ini di dalam jemaat/gereja
adalah sumber/teks lagu seringkali diabaikan begitu saja hanya karena lagu-lagu
yang akan dinyanyikan dianggap gampang
atau sering disebut sebagai lagu lama.
Padahal anggapan-anggapan tersebut belum tentu gampang di dalam praktek yang sesungguhnya.
Jika kita bernyanyi
menggunakan sumber/teks lagu, setidak-tidaknya kita dapat didorong untuk bernyanyi
mengikuti petunjuk-petunjuk atau simbol-simbol notasi yang ada di dalam sebuah
lagu. Notasi dan simbol-simbol notasi yang terdapat di dalam sebuah lagu secara
jelas menunjukkan bentuk, jiwa, dan spirit dari lagu tersebut. Mengabaikan
salah satu simbol notasi saja sama dengan merusak bentuk, “membunuh” jiwa dan
spirit dari lagu yang dinyanyikan, dan juga merusak karya cipta dari sang
pencipta lagu. (Bersambung)
0 comments:
Post a Comment