Oleh: Pietro T. M. Netti
Tuan
Rumah Rumah MUGER Kupang
“Hymne atau gita puja
adalah sejenis nyanyian pujaan, biasanya pujaan ditujukan untuk Tuhan atau
dewa…..
“Dalam kekristenan, lagu-lagu pujian banyak yang menggunakan
hymne…. Hymne merupakan gabungan dari unsur musik (pujian/nyanyian), sastra
(puisi), dan teologi (pengajaran Alkitab).” [Wikipedia Bahasa Indonesia: https//id.m.wikipedia.org/wiki/Himne]
Hampir seluruh, (bahkan
dapat dikatakan seluruh, pen) Nyanyian
Jemaat yang dipakai oleh gereja-gereja non-karismatik (termasuk di dalamnya gereja-gereja
di lingkup GMIT) adalah lagu-lagu hymne.
Lagu-lagu dengan kategori hymne adalah
lagu-lagu yang mengungkapkan dan/atau mengekspresikan puja-puji/pujian kepada Tuhan sebagai satu-satunya tujuan utama kita beribadat.
Pada kesempatan ini, saya
cenderung meng-kategori-kan seluruh nyanyian jemaat yang dipakai di dalam
gereja-gereja non-karismatik sebagai nyanyian
himne, terlepas dari apakah isi lagu-lagu tersebut mengekspresikan
puja-puji/pujian atau tidak. Pendapat ini mungkin saja akan menuai pro/kontra
dari sebagian kalangan pengamat/praktisi lagu/musik, tapi peng-kategori-an ini saya
lakukan semata-mata untuk membedakan “cara” menyanyikan nynyian-nyanyian jemaat
dan/atau “cara” memainkan musik untuk mengiringi nyanyian jemaat yang ada.
Lagu-lagu hymne (rohani dan sekuler) berbeda
dengan lagu-lagu pop/popular (rohani dan sekuler) pada umumnya. Di samping tema
lagu yang sudah tentu berbeda, bentuk dan cara menyanyikannya pun sudah pasti berbeda
di antara kedua kategori tersebut.
Kita tentu sudah tidak asing
lagi dengan lagu-lagu yang berkategori pop/popular (lagu pop) baik rohani
maupun sekuler yang hadir dalam berbagai irama mulai dari yang berirama
sendu/melankolis (ballad) sampai
dengan yang berirama keras/menghentak (rock),
dan masih banyak lagi irama-irama lagu pop/popular yang bisa mengajak kita
untuk menari/berdansa (dangdut, rhumba,
disco, chacha, dll).
Lagu-lagu berkategori hymne baik rohani maupun sekuler sangat
berbeda dalam bentuk dan penyajiannya. Salah satu contoh nyata yang dapat kita
lihat dari cara menyanyikan lagu-lagu hymne
adalah bagaimana sikap kita saat menyanyikan lagu kebangsaan kita “Indonesia
Raya”, dan bagaimana semangat/spirit yang terkandung di dalam lagu tersebut,
dan begitu pula dengan lagu-lagu kebangsaan yang lainnya. Penyajian/permainan
musiknya dan iramanya pun berbeda. Perlu dicatat bahwa seluruh lagu kebangsaan
(anthem) adalah lagu hymne: pujian kepada bangsa dan negaranya.
Sebagaimana dikatakan bahwa nyanyian jemaat kita pada dasarnya
adalah hymne, maka cara penyajiannya
(baca: menyanyikannya/memainkan musiknya) pun tentu berbeda dengan lagu-lagu pop/popular. Kenyataan selama ini banyak
di antara kita (jemaat), terkhusus para pemain musik gereja, belum memahami
kategori nyanyian jemaat kita. Sehingga yang terjadi dalam praktek, seluruh
nyanyian jemaat yang ada dinyanyikan selayaknya lagu-lagu pop/popular.
Perlu digarisbawahi di sini,
bahwa dalam hal menyanyikan nyanyian jemaat yang baik dan benar, peran yang
sangat besar ada pada pemain musik gereja. Pemain musik gereja diharapkan
sebisa mungkin meningkatkan kemampuan membaca notasi dan ketrampilan bermain
musiknya. Pemain musik dengan pola permainannya yang baik dan benar dapat membantu,
mendorong dan/atau menggiring jemaat untuk bisa bernyanyi sesuai dengan yang
seharusnya. (Bersambung)
0 comments:
Post a Comment