English French German Spain Italian Dutch Russian Brazil Japanese Korean Arabic Chinese Simplified
Translate Widget by Google

Saturday, March 24, 2018

Sekali Lagi Tentang Cara Membaca Notasi Lagu Dalam Birama 6/8



Oleh: Pietro T. M. Netti
Tuan Rumah RUMAH MUGER KUPANG

image: rumahmugerkupang

Dalam sebuah kesempatan belum lama ini, salah seorang teman praktisi musik gereja di salah satu jemaat bertanya kepada saya tentang bagaimana cara membaca notasi lagu dengan birama 6/8. Kebetulan materi lagu yang ditanyakan sama persis dengan materi lagu yang dulunya sempat membuat saya bingung. Materi lagu yang teman saya tanyakan itu adalah:

Apa yang ada dalam pikiran teman saya itu ketika melihat lagu-lagu tersebut rupanya sama juga seperti yang saya pikirkan ketika pertama kali saya melihatnya. “Rupanya kita sama, teman! Hanya saja saya yang kebetulan lebih dulu mengalaminya!”


Memang penulisan notasi lagu pada kedua lagu tersebut di atas terlihat berbeda dengan penulisan notasi yang sering kita jumpai di dalam buku himpunan lagu-lagu seperti Kidung Jemaat (KJ), Pelengkap Kidung Jemaat (PKJ), Nyanyikanlah Kidung Baru (NKB), maupun himpunan lagu-lagu rohani lainnya. Kepada teman saya itu, saya juga bercerita bahwa saya juga merasa sangat bingung ketika melihat penulisan notasi seperti itu. Bahkan karena saking bingungnya, saya malah beranggapan bahwa mungkin saja penulisan notasinya salah (?). Ya, itulah pengalaman nyata yang saya alami sendiri karena ketidaktahuan saya tentang cara membaca penulisan notasi yang seperti itu.

Pada lagu DSL 108“PERSEMBAHAN DIRI” terdapat penulisan notasi yang didominasi dengan penempatan bendera di atas not tunggal, sedangkan yang saya tahu/temui dalam sebagian besar penulisan notasi tidak seperti itu. Bendera biasanya berada di atas minimal dua not.  Dan terus terang, penulisan seperti ini sangat membingungkan saya pada waktu itu; bagaimana cara membacanya (baca: memainkannya/melagukannya)?

Hal yang sama pula terjadi pada lagu NYTB 15 “KUS’RAHKAN HIDUPKU”, yang mana terdapat penulisan notasi (penempatan bendera) yang lebih membingungkan lagi. Sebenarnya jika dilihat dari penulisannya, wajar dan biasa saja karena bendera berada di atas dua dan tiga not, dan penulisan seperti itu sudah sering saya temui dalam himpunan lagu-lagu pada umumnya. Tapi jika dilihat lebih jauh lagi tetaplah sulit dan/atau bahkan lebih dan sangat sulit, karena penentuan jumlah ketukan dalam setiap biramanya menjadi tidak mudah.

Secara garis besar, lagu dengan birama 6/8 adalah lagu yang mana terdapat 6 not 1/8 yang menjadi patokan tempo. Dalam KJ/PKJ/NKB biasa ditulis dengan birama 6 (2x3) ketuk. Jika ada 6 not 1/8 yang menjadi patokan tempo maka lagu tersebut sudah tentu berbirama 2 ketuk, hanya saja di masing-masing ketukan masih terdapat lagi 3 ketukan di dalamnya sehingga menjadi 6 ketuk. Jika lagunya berbirama 4 ketuk maka bukan hanya ada 6 not 1/8 melainkan ada 12 not 1/8 yang menjadi patokan tempo atau dapat ditulis dengan birama 12 (4x3) ketuk.

Mungkin saja paparan singkat tentang lagu dengan birama 6/8 di atas masih juga belum jelas atau masih membingungkan teman-teman, maka saya sudahi dulu tulisan ini agar teman-teman bisa lebih cepat beranjak ke tulisan berikut yang secara khusus membahas tentang cara membaca notasi 6/8 pada kedua lagu yang disebutkan di atas. Kedua tulisan tersebut telah dipublikasikan beberapa waktu yang lalu sebagai catatan pribadi dan pelajaran berharga bagi saya sendiri dan bagi teman-teman yang ingin belajar.

Sekiranya kalau ada kelemahan, kekurangan, atau kesalahan dalam pembahasannya nanti, masukan baik kritik maupun saran dapat diberikan pada kolom komentar untuk bisa saling melengkapi dan berbagi ilmu, pengetahuan dan pengalaman.

Selamat membaca:

***

0 comments:

Post a Comment